Rabu, 12 Maret 2014

Tugas Penelitian Mata Kuliah Teologi Penciptaan


BAB: I
Pendahuluan
Penciptaan merupakan suatu bentuk penyataan atau eksistensi Tuhan yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam pengakuan iman orang Kristen bagian ini mendapat perhatian, seperti yang terungkap dalam pengakuan “iman rasuli dan Nicea-Constantinopel” mengapa hal itu penting sebab, bagian itu hendak memberikan penjelasan bahwa Tuhan Allah itu bukan saja penebus, melainkan pencipta. Sehingga dari hal itu muncul apa yang dimaksud dengan Creatio Ex Nihilo yang artinya penciptaan yang tidak ada menjadi ada. Bagian ini sungguh sangatlah unik dan spesial sebab yang dapat melakukan itu hanyalah Tuhan sendiri. Pemahaman ini sudah ada sejak bapa-bapa gereja berkiprah, sehingga hal ini terbawa sampai sekarang. Pemahaman ini terus berkembang dan bertumbuh di dalam kepercayaan orang Kristen. Pada bagian ini penulis akan menguraikan mengenai hal ini, sehingga dapat ditelaah kembali, dilihat apakah bagian ini masih relefan atau sudah mengalami transformasi. Sebab kebenaran firman Tuhan selalu baru setiap hari, firman Tuhan (Alkitab) memberei diri untuk dibedah, sejauh sampai di mana Tuhan mengizinkan hal itu untuk di telaah dan dibedah. Penulis harapkan bahwa tulisan ini boleh memberika pengertian dan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang teologi, sehingga ada transformasi dalam paradigma pemikiran teologi. Karena ini merupakan karya ilmia, dalam tulisan ini ada wawancara yang sangat seru, yang merupakan sampel dari para pendeta dan guru agama, yang memahami hal ini. tulisan ini bagaikan setetes air, di tengah-tengah laut ilmu pengetahuan.








BAB: II
Kajian Mengenai Cratio Ex Nihilo
Bagian ini telah menjadi perhatian para penafsir Perjanjian Lama, banyak pemahaman yang sangat bervareasi mengenai hal ini. Cratio Ex Nihili mulai dipahami setelah terjadi penyelidikan dalam tafsir kejadian 1 ayat 1-3. Pemahaman ini terus berkembang dari generasi kegenerasi. Cratio Ex Nihilo  di Indonesi diberikan perhatian khusus mengenai hal itu. ada dua tokoh yang berusaha untuk memberikan penjelasan yang bersifat ilmia melalui penyelidikan mereka dalam literatur-literatur teologi, mereka adalah Pdt. E.G Singgih dan Pdt. Y. Karman, Phd. Secara serentak mereka memberikan penjelasan bahwa, sebenarnya dibalik pemahaman yang sudah berpuluh-puluh tahun melekat pemahman bahwa Tuhan menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Akhirnya mereka berdua mempunyai pemahaman yang baru mengenai hal itu, sebab mengingat bahwa pemahman  Cratio Ex Nihilo berada pada zaman antara (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), atau dalam kitab deoutrokanonika yaitu 2 Makabe. Dari situ para ahli beranggapan bahwa sebenarnya pemahaman ini belum ada di zaman Perjanjian Lama, nanti dikemudian hari hal itu diketahui dan coba dimasukan dalam pengakuan iman orang Israel. Sehingga dari situ Singgih hendak memberikan penjelasan yang baru dan unik, walaupun hal demikian bertentangan dengan apa yang sudah menjadi pengakuan, hal tersebut dipertegas oleh Yonky Karman.
 Kata kerja yang sering dipakai mendukung  creatio ex nihilo adalah ar"äB'......... akar kata kerja arb muncul diseluruh PL sebanyak 49 kali dengan subjek selalu Allah. Akar kata kerja arb tidak begitu saja mendukung doktrin creatio ex nihilo, tatapi yang harus ditegaskan adalah unsur kebauran dari tindakan Tuhan dan hanya Yang Mahakuasa saja dapat menghasilkan kebauran itu, tindakan Allah menciptakan sangatlah unik. Berdasarkan objek arb Schmidt mendapati banyak contoh yang dapat dikatakan demikian. Tujuan dari penonjolan unsur kebauran dalam penciptaan adalah membangkitkan perasaan umat betapa kecilnya mereka dihadapan Tuhan.
Bila Kejadian 1 dibaca dalam perspektif kebauran demikian, jelaslah bahwa penciptaan yang dilakukan Allah menghasilkan perubahan yang radikal dari kekosongan menjadi berisi, tertata rapi dan siap untuk dihuni oleh manusia. Keteraturan kosmos adalah karya Allah. Bila bertanya “dari mana massa khaos berasal.” Dijawab bukan berasal dari Allah, berarti sebelum dunia dijadikan sudah ada massa khaos dan bersama-sama dengan Tuhan. Dualisme demikian ditolak Alkitab. Bila dijawab dalam kerangka monoteisme, mau tak mau Allah diasalkan sebagai sumber massa khaos. Sebuah pandangan yang juga asing bagi Alkitab. Penulis berpendapat, jangan-jangan ini adalah sebuah misteri penciptaan yang kita serba terbatas untuk mengetahuinya, dan sebaiknya kita tidak memaksa Kejadian 1 menjawab pertanyaan yang bukan fokus utamanya. Sebenarnya, tidak ada yang keliru dengan doktrin creatio ex nihilo, apa lagi beberapa ayat dalam PB jelas berbicara tentang itu (Rm 4:17, Ibr 11:3), yang menjadi masalah adalah ketika ayat Alkitab dipakai begitu saja untuk mendukung suatu doktrin. Konsep abstrak cratio ex nihilo ini lebih dekat kepada alam berpikir Yunani yang kemudian masuk ke dalam PB, namun asing dari cara berpikir orang Israel kuno dan bangsa-bangsa disekitarnya. Doktrin creatio ex nihilo masuk dalam teologi Kristen melalui kitab 2 Makabe yang mengartikan penciptaan dalam Kejadian 1, seperti dalam 2 Mak 7:28. Schmidt berpendapat bahwa dasar dari gagasan creatio ex nihilo diambil bukan dari arb langsung, melainkan dari telalu dilebih-lebihkanya kenyataan Tuhan sebagai penyebab segala sesuatu.
Sebenarnya penciptaan dalam Alkitab dan dalam doktrin Kristen klasik tidak hanya berbicara tentang asal mula dunia dari tidak ada sesuatu, tetapi pemeliharaan Tuhan. Tuhan terus berkarya, melalui proses-proses kehidupan yang dijadikannya. Dengan begitu kelangsungan dunia ciptaannya terus terpelihara. Manusia sampai sekarang tidak dapat dikatakan sebagai ciptaan Tuhan, bukan diciptakan dari yang tidak ada, menjadi ada. Melainkan dari kehidupan yang ditanamkan dalam benih-benih keturunan. Kekuasaan Allah terus berlangsung konsekuensi dari dunia ciptaan yang baik dan diberkati adalah keselamatan dan keadilan. Dalam konteks pemeliharaan Tuhan, Ia menempatkan manusia pada posisi mitra.
Manusia diikutsertakan dalam pemeliharaan-Nya atas dunia dengan jalan meneruskan penciptaan dalam kapasitasnya ko-pencipta. Dengan akal budi dan hati nuraninya, manusia dimungkinkan untuk mengembangkan dunia ciptaan. Dalam pengantar teologi sistematika, Pannenberg membahas bahwa ajaran penciptaan seperti relevan dalam konsep kosmologi modern. Bersikap serius terhadap penciptaan tidak perlu dicurigai sebagai menganut teologi alam. Kehidupan di dunia dengan segala sesuatu yang kelihatan fana memang layak mendapat tempat istimewa dalam teologim karena biar bagaimanapun dunia ini milik Bapa.


BAB: III
Deskripsi Mengenai Daerah Penelitian
Daerah tempat penulis tinggal adalah daerah yang subur penuh dengan kekayaan alam (sumber daya alam). Mulai dari kekayaan danau Tondano, kebun sawah dan perkebunan cengkih di kecamatan Kakas. Kecamatan ini merupakan mayoritas Kristen, kalau diperkirakan para pendeta dan guru agama yang bertugas di kecamatan Kakas, kurang lebih 30 orang (sudah termasuk guru agama dan vikaris pendeta). Kecamata kakas terdiri dari 9 jemaat. Di daerah ini dapat digolongkan sebagai daerah yang pemeluk agama Kristennya relatif banyak, dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain. Penulis akan berfokus melakukan penelitian kepada beberapa pendeta dan guru agama apakah mereka, memahami Cratio Ex Nihilo atau tidak. Dari sini sudah dapat dilihat sejauh mana, para hamba Tuhan mengenai Cratio Ex Nihil. Penulis melakukan penelitian memakan waktu 3 hari, dan disetiap wawancara menghabiskan paling cepat lima menit paling lama 25 menit.  Penulis mengambil contoh dari para hamba Tuhan dengan klasifikasi yang berbeda-beda, hal itu penulis lakukan supaya mendapatkan varian data yang banyak. Maksud penulis klasifikasi yang berbeda-beda itu ialah rentang masa kependetaan dari para hamba Tuhan. Dapat saya lampirkan pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan kepada para pendeta:
1.     Apakah pendapat para pendetan tentang Cratio Ex Nihilo penciptaan dari yang tiada menjadi ada.
2.     Jika pendeta setuju jelaska dan jika tidak jelaskan?
3.     Apakah para memberlakukan hal itu dalam setiap aktifitas pelayanan kepada jemaat? Jelaskan.
Itulah ketiga pertanyaan yang menyangkut Cratio Ex Nihilo ketiga pertanyaan ini menjadi alat ukur sejauh mana para pendeta mengetahui hal itu.




BAB: IV
Hasil Wawancara
1.           Pdt. D.B.
1. pendapat saya mengenai hal itu sangatlah tepat sebab, ketika dia berfirman maka apa yang dia firmankan pasti akan terjadi. Tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan, Tuhan adalah pencipta dan manusia dan alam adalah ciptaannya.
2. saya setuju dengan hal itu, sebab Tuhan Allah tidak dapat dibatasi oleh kepicikan manusia, manusia seringkali membatasi eksistensi Tuhan. Hal ini menjadi teguran bagi orang kristen yang telah banyak melakukan kesalahan dan penyimpangan di mana mereka menganggap bahwa mereka adalah Tuhan, sebab mereka mampu menciptakaan apa yang belum ada. Mereka lupa bahwa ini merupakan milik Tuhan, yang hanya dititipkan kepada manusia untuk dikelola.
3. sejauh ini hal yang dapat saya lakukan ialah dalam khotbah, itupun kalau bacaannya juga mendukung mengenai hal itu.
2.           Pdt. N.T.
1     Dan 2 :Pendapat itu memanglah tidak keliru, namun terakhir saya membaca buku (responden lupa buku yang dibaca oleh responden) bahwa pemahaman itu telah mengalami pergeseran. Sering dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, itul;ah konsekuensi dari teologi, kalau dia dimasukan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial. Sebab hal itu akan terus berubah-ubah sering dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, sejalan dengan itu bahwa kekayaan firman Tuhan sangatlah banyak, untuk digali. Bahkan ilmu pengetahuan pun tidak dapat menjabarkannya satu persatu. Sehingga kalau ada pemahaman baru mengenai Cratio Ex Nihilo penciptaan dari yang tidak ada menjadi ada , mendapat angin segar. Itu berarti Tuhan sementara menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah ciptaannya.
3.               Saya berusaha memberikan atau membagikan benih firman inimelalui khotbah-khotbah, bahkan kalau tidak salah saya sempat memberikan metrai Cratio Ex Nihilo di katekisasi calon sidi jemaat. Kenapa saya berikan itu sebab, saya melihat ada kecenderungan di daerah ini orang-orang telah mabuk oleh ilmu pengetahuan, sehingga menempatkan Tuhan di bagian kedua.

3. GA. J. S.
Guru agama tidak mengetahui hal itu.
4.           Pdt.G.W.
Tidak ada infoirmasi, dari responden katanya pendeta pernah mendengar hal itu sewaktu kuliah, namun sekarang telah pendeta lupa.
5.           Pdt.F.K.
Tidak mengetahui hal itu
6.           Pdt. D.M
Memanglah benar ungkapan itu dan saya juga sangat setuju, sebab tidak ada seorangpun yang dapat menyamai Dia. Hal itu muncul, sebab banyak kecendrungan bahwa manusia telah lupa daratan. Cratio Ex Nihilo merupakan pengakuan orang percaya kepada Allah pencipta, dan dibalik ciptaannya terselip bahwa Allah itu adalah penguasa tidak ada yang tersembunyi dihadapan-Nya. Sebab apa yang ada adalah ciptannya, dan ciptaan-Nya harus tunduk kepadanya bukan untuk menyombongkan diri atas temuan yang baru. Memang hal itu adalah baik selagi dikawal dengan kaidah-kaidah yang sesuai.
3. Hal yang saya laukan hanyalah sebatas di khotbah, sejauh mana pembacaan Alkitab menjadi perenungan. Sehingga kalau tidak ada hubungan saya sama sekali tidak akan memberi perhatian mengenai hal itu.
7.           Pdt. I. L
Saya setuju mengenai hal itu, sebab melalui hal itu memberikan penegasan kepada manusia, bahwa siapa sebenarnya Tuhan kita, betapa hebatnya kuat dan perkasa. Tidak ada Allah yang seperti dia yang mampu menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, itu semua melalui firman-Nya. Sebab itu mempunyai dasar yang kuat, seperti yang terdapat dalam Kejadian 1. Bagian ini sengaja dimasukan pada bagian yang pertama supaya sebalum manusia membaca bagian-bagian yang selanjutnya, sudah lebih dahulu dikuatkan dengan pegangaan bahwa Tuhan adalah pencipta, dia mampu membuat sesuatu yang sama sekali baru. Bagian ini juga memberikan penjelasan di mana kapasitas Tuhan dan kapasitas manusia.
3.Dalam memaknai hal, saya seringkali memberikan pengajaran kepada jemaat pada saat katekisasi sidi jemaat, baptisan hal itu sering saya tekankan bahwa dalam diri manusia ada kecenderungan kesombongan, yang menyebabkan lupa akan Tuhan. Pada bagian ini saya tidak jemu-jemu untuk berkhotbah dimana daerahnya Tuhan dan di mana daerahnya manusia. Sebab kalau terjadi kekacawan dalam  berarti sudah ada ketimpangan antara Tuhan dan manusia. Manusia sudah menganggap bahwa manusialah puncak yang sama dengan Tuhan, sehingga apa salahnya menjadi sama seperti Tuhan menjadi seorang pencipta. Dengan terjadinya wawancara ini saya akan lebih giat lagi menyuarakan hal itu dalam khotbah-khotbah saya.
8.           Pdt. M.K
Tidak mengetahui hal itu
9.           Pdt. R.P
Pendeta tidak mengetahui hal itu
10.        Responden yang terakhir tidak bersedia untuk namanya dicantumkan dalam tulisan ini, makanya hanya diberikan kode Pdt. N.N.
Cratio Ex Nihilo menurut saya adalah pemahaman yang mungkin sudah reltif lama, sebab sejak saya masih duduk dibangku kuliah. Kami sudah diperkenalkan dengan teori Cratio Ex Nihilo. Saya yakin bahwa mungkinm sudah ada pemahaman baru mengenai hal ini. namun perlu diyakini bahwa  apa yang Tuhan lakukan adalah sebuah karya yang luar biasa dan tiada tandingnya. Sebenarnya untuk pertanyaan ini saya agak sulit untuk menjawab, sebab saya masih ragu-ragu untuk mengatakan setuju atau tidak. Sebab sepengetahuan saya teologi ini sudah ada sejak beberapa puluh tahun lalu, dari zaman Barth, Von Rad dan lain-lain. Saya yakin pasti ada perkembangan mengenai hal itu, karena saya yakin bahwa selagi firman Tuhan kita beda dengan hikmat yang Tuhan percayakan kepada kita, untuk dikelola pasti akan ada hal-hal yang baru akan terungkap. Secara jujur saya belum pernah menindak lanjuti hal itu, saya kebanykan menekankan bahwa Tuhan itu penyelamat dibandingkan Tuhan sebagai pencipta. Manusia butuh penyelamatan dan penebusan yang apstinya itu semua akan dijawab Tuhan.

BAB: V
Pendapat Pribadi tentang Cratio Ex Nihilo
Secara umum pendapat dari para responden hampir sama, ada perbedaan namun hanya sedikit itu pun menandakan bahwa ada beberapa pendeta yang rajin membaca buku. Selanjutnya mengenai bagaimana cara atau kiat-kiat para pendeta menindak lanjuti itu, sehingga jemaat menjadi mengerti. Para pendeta hampir senada memberikan jawaban yaitu melalui khotbah dan katekisasi-katekisasi. Pandangan saya pribadi mengenai Cratio Ex Nihilo adalah sebagai berikut. Memanglah benar bahwa Cratio Ex Nihilo nanti muncul di dalam kitab apokrif, sedangkan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, Cratio Ex Nihilo sama sekali tidak disinggung. Hal ini menandakan bahwa perhatian manusia, pada  masa itu bukanlah kepada Allah sebagai pencipta melainkan Allah sebagai penebus dan pembebas. Namun antara penebusan dan penciptaan mempunyai keterkaitan. Di mana kalau tidak ada penciptaan maka tidak akan ada penebusan, itulah hal yang pertama harus dipertegas.
Dalam tulisan ini penulis mengiyakan mengenai Cratio Ex Nihilo adalah penciptaan dari yang tidak ada, menjadi ada. Sebab pemahaman ini penulis dapatkan sejak dari semester satu. Namun saat berjalannya kuliah ini, penulis diperkaya oleh pengetahuan-pengetahuan yang baru mengenai Cratio Ex Nihilo sebab dalam pembicaraan dalam mata kuliah ini, dikatakan bahwa Cratio Ex Nihilo sudah ditinggalkan oleh para pakar Perjanjian Lama yang ada di Barat. Memanglah benar apa yang dikatakan oleh para pendeta bahwa Cratio Ex Nihilo merupakan penegasan akan kapasitas manusia dan Tuhan, saya setuju dengan hal itu. Namun menurut saya pribadi Cratio Ex Nihilo sudah tidak relefan lagi saat ini. Sebab dari buku-buku yang penulis baca, sekaligus pembicaraan yang ada di kelas (perkuliahan)ternyata dalam mencipta Allah harus berkorban, di mana ketika dia hendak menciptakan langit dan bumi, Tuhan harus mengosongkan suatu tempat, sebab di semua  tempat di isi oleh Tuhan. Sedangkan ketika dia menciptakan manusia, Tuhan hanya meminjamkan nafas kehidupan kepada manusia, yang dia hembuskan di hidung manusia. Penulis juga percaya bahwa dengan adanya penciptaan maka manusia boleh bersyukur atas karya-karya selamat yang Tuhan anugerahkan. Dalam tulisan ini penulis agak kecewa, sebab ada pendeta yang sama sekali tidak mengetahui akan hal ini, sangat disayangkan bahwa hal yang penting ini tidak menjadi perhatian yang utama.
 Allah pencipta merupakan gambaran kedaulatan, kekuatan dan eksistensinya di dalam sejarah kehidupan umat manusia. Pensiptaan adalah pembaharuan dari yang “buruk” menjadi “baik”, penciptaan berlangsung terus menerus dalam kehiduan manusia dan alam. Selanjutnya mengenai kita-kita dalam menindaki lanjuti hal itu. penulis setuju dengan pendapat para pendeta yaitu melalui khotbah-khotbah dankatekisasi-katekisasi kepada semua warga masyarakat.
BAB: VI
Kesimpulan
Mengakhiri tulisan ini saya mengusulkan bahwa, para pendeta harus di refres dengan dibuat kegiatan sosialisasi baik di tingkat jemaat, wilaya, bahkan sinode. Penyadaran ini sangatlah penting, sebab ditangan para pendeta ada nasib jemaat. Sehingga kalau para pendeta yang telah mendapat bimbingan dan penyulihan dapat menyalurkan ini kepada jemaat dengan baik  dalam khotbah dan katekisasi-katekisasi. Bahkan saya mengusulkan bahwa sesekali materi tentang Cratio Ex Nihilo coba dibahas dan diuraikan dalam PAS, yang dilangsungkan oleh hampir semua gereja. Kalau hal ini dibahas dalam PAS makan khotbah-khotbah yang ada dijemaat itu akan menjadi seragam, sehingga para pendeta terbantukan dengan adanya para pelsus yang mengetahui hal itu. usulan juga bahwa bacaan-bacaan tentang penciptaan haruslah diperbanyak, oleh bidang APP sinode. Selanjutnya para pendeta mendapat pekerjaan rumah bahwa hal ini harus dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam tindakan misalnya menanam pohon-pohon yang hijau, membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain. Kalau manusia sudah dapat melakukan hal-hal yang positif, berarti manusia sementara terlibat dengan Tuhan menjaga keberlangsungan ciptaan. Sehingga dengan adanya bacaan pendeta juga terbantu untuk berkhotbah di gereja.
Kesimpulan akhir mengenai penelitian ini, penulis agak kecewa dengan fakta yang ditemukan oleh penulis bahwa masih banyak, pendeta yang tidak mengetahui hal itu, ada yang tahu namun tidak menindak lanjuti akan hal tersebut. Dari fakta yang ditemukan oleh penulis maka, hal-hal yang penulis usulkan di atas perlu untuk dilaksankan.  Bahkan hal ini juga memberikan penekanan akan kapasitas dari manusia dan kapasitas dari Tuhan, manusia jangan menyaingi Tuhan dengan sgala kelebihannya, sebab itu semua adalah anugerah Tuhan yang Tuhan percayakan kepada manusia untuk dikelola. Penulis sangat tidak setuju akan istilah saat ini, bahkan istilah itu semakin marak dipakai yaitu istilah “pencipta”, secara tidak langsung eksistensi Tuhan sudah mulai mengalami pergeseran, penulis lebih setuju dengan sebutan “penemu”sebab Tuhan yang menciptakan dan manusia Tuhan pakai untuk menemukan ciptaan yang sudah Tuhan ciptakan.
Akhirnya hal yang paling digaris bawahi, bahwa perlu adanya sosialisasi dari segala pihak, melihat keprihatinan bahwa banyak para pendeta yang tidak mengetahui hal itu, sudah menjadi keharusan bahwa para pendeta harus dapat memahami hal itu, bagaimana jadinya kalau pendeta tidak mengetahui hal itu, apa lagi jemaatnya. Jangalah pemberitaan menjadi berat sebelah, di mana hanya menekankan Allah sebagai penebus dan pembebas. Melainkan Allah itu adalah Allah pencipta yang eksistensinya tidak dapat dibatasi oleh kepicikan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar