BAB: I
Pendahuluan
Penciptaan merupakan
suatu bentuk penyataan atau eksistensi Tuhan yang tidak dapat dibatasi oleh
ruang dan waktu. Dalam pengakuan iman orang Kristen bagian ini mendapat
perhatian, seperti yang terungkap dalam pengakuan “iman rasuli dan Nicea-Constantinopel”
mengapa hal itu penting sebab, bagian itu hendak memberikan penjelasan bahwa
Tuhan Allah itu bukan saja penebus, melainkan pencipta. Sehingga dari hal itu
muncul apa yang dimaksud dengan Creatio
Ex Nihilo yang artinya penciptaan yang tidak ada menjadi ada. Bagian ini
sungguh sangatlah unik dan spesial sebab yang dapat melakukan itu hanyalah
Tuhan sendiri. Pemahaman ini sudah ada sejak bapa-bapa gereja berkiprah,
sehingga hal ini terbawa sampai sekarang. Pemahaman ini terus berkembang dan
bertumbuh di dalam kepercayaan orang Kristen. Pada bagian ini penulis akan
menguraikan mengenai hal ini, sehingga dapat ditelaah kembali, dilihat apakah
bagian ini masih relefan atau sudah mengalami transformasi. Sebab kebenaran
firman Tuhan selalu baru setiap hari, firman Tuhan (Alkitab) memberei diri
untuk dibedah, sejauh sampai di mana Tuhan mengizinkan hal itu untuk di telaah
dan dibedah. Penulis harapkan bahwa tulisan ini boleh memberika pengertian dan
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang teologi, sehingga ada transformasi dalam
paradigma pemikiran teologi. Karena ini merupakan karya ilmia, dalam tulisan
ini ada wawancara yang sangat seru, yang merupakan sampel dari para pendeta dan
guru agama, yang memahami hal ini. tulisan ini bagaikan setetes air, di
tengah-tengah laut ilmu pengetahuan.
BAB: II
Kajian Mengenai Cratio Ex Nihilo
Bagian ini telah menjadi
perhatian para penafsir Perjanjian Lama, banyak pemahaman yang sangat
bervareasi mengenai hal ini. Cratio Ex
Nihili mulai dipahami setelah terjadi penyelidikan dalam tafsir kejadian 1
ayat 1-3. Pemahaman ini terus berkembang dari generasi kegenerasi. Cratio Ex Nihilo di Indonesi diberikan perhatian khusus
mengenai hal itu. ada dua tokoh yang berusaha untuk memberikan penjelasan yang
bersifat ilmia melalui penyelidikan mereka dalam literatur-literatur teologi,
mereka adalah Pdt. E.G Singgih dan Pdt. Y. Karman, Phd. Secara serentak mereka
memberikan penjelasan bahwa, sebenarnya dibalik pemahaman yang sudah
berpuluh-puluh tahun melekat pemahman bahwa Tuhan menciptakan sesuatu dari yang
tidak ada menjadi ada. Akhirnya mereka berdua mempunyai pemahaman yang baru
mengenai hal itu, sebab mengingat bahwa pemahman Cratio
Ex Nihilo berada pada zaman antara (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru),
atau dalam kitab deoutrokanonika yaitu
2 Makabe. Dari situ para ahli beranggapan bahwa sebenarnya pemahaman ini belum
ada di zaman Perjanjian Lama, nanti dikemudian hari hal itu diketahui dan coba
dimasukan dalam pengakuan iman orang Israel. Sehingga dari situ Singgih hendak
memberikan penjelasan yang baru dan unik, walaupun hal demikian bertentangan
dengan apa yang sudah menjadi pengakuan, hal tersebut dipertegas oleh Yonky
Karman.
Kata kerja yang
sering dipakai mendukung creatio ex nihilo adalah ar"äB'......... akar kata kerja
arb muncul diseluruh PL sebanyak 49 kali
dengan subjek selalu Allah. Akar kata kerja arb
tidak begitu saja mendukung doktrin creatio
ex nihilo, tatapi yang harus ditegaskan adalah unsur kebauran dari tindakan
Tuhan dan hanya Yang Mahakuasa saja dapat menghasilkan kebauran itu, tindakan
Allah menciptakan sangatlah unik. Berdasarkan objek arb Schmidt
mendapati banyak contoh yang dapat dikatakan demikian. Tujuan dari penonjolan
unsur kebauran dalam penciptaan adalah membangkitkan perasaan umat betapa
kecilnya mereka dihadapan Tuhan.
Bila
Kejadian 1 dibaca dalam perspektif kebauran demikian, jelaslah bahwa penciptaan
yang dilakukan Allah menghasilkan perubahan yang radikal dari kekosongan
menjadi berisi, tertata rapi dan siap untuk dihuni oleh manusia. Keteraturan
kosmos adalah karya Allah. Bila bertanya “dari mana massa khaos berasal.”
Dijawab bukan berasal dari Allah, berarti sebelum dunia dijadikan sudah ada
massa khaos dan bersama-sama dengan Tuhan. Dualisme demikian ditolak Alkitab.
Bila dijawab dalam kerangka monoteisme, mau tak mau Allah diasalkan sebagai
sumber massa khaos. Sebuah pandangan yang juga asing bagi Alkitab. Penulis
berpendapat, jangan-jangan ini adalah sebuah misteri penciptaan yang kita serba
terbatas untuk mengetahuinya, dan sebaiknya kita tidak memaksa Kejadian 1
menjawab pertanyaan yang bukan fokus utamanya. Sebenarnya, tidak ada yang
keliru dengan doktrin creatio ex nihilo, apa
lagi beberapa ayat dalam PB jelas berbicara tentang itu (Rm 4:17, Ibr 11:3),
yang menjadi masalah adalah ketika ayat Alkitab dipakai begitu saja untuk
mendukung suatu doktrin. Konsep abstrak cratio
ex nihilo ini lebih dekat kepada alam berpikir Yunani yang kemudian masuk
ke dalam PB, namun asing dari cara berpikir orang Israel kuno dan bangsa-bangsa
disekitarnya. Doktrin creatio ex nihilo masuk
dalam teologi Kristen melalui kitab 2 Makabe yang mengartikan penciptaan dalam
Kejadian 1, seperti dalam 2 Mak 7:28. Schmidt berpendapat bahwa dasar dari
gagasan creatio ex nihilo diambil
bukan dari arb
langsung, melainkan dari telalu dilebih-lebihkanya kenyataan Tuhan sebagai
penyebab segala sesuatu.
Sebenarnya
penciptaan dalam Alkitab dan dalam doktrin Kristen klasik tidak hanya berbicara
tentang asal mula dunia dari tidak ada sesuatu, tetapi pemeliharaan Tuhan.
Tuhan terus berkarya, melalui proses-proses kehidupan yang dijadikannya. Dengan
begitu kelangsungan dunia ciptaannya terus terpelihara. Manusia sampai sekarang
tidak dapat dikatakan sebagai ciptaan Tuhan, bukan diciptakan dari yang tidak
ada, menjadi ada. Melainkan dari kehidupan yang ditanamkan dalam benih-benih
keturunan. Kekuasaan Allah terus berlangsung konsekuensi dari dunia ciptaan
yang baik dan diberkati adalah keselamatan dan keadilan. Dalam konteks
pemeliharaan Tuhan, Ia menempatkan manusia pada posisi mitra.
Manusia
diikutsertakan dalam pemeliharaan-Nya atas dunia dengan jalan meneruskan
penciptaan dalam kapasitasnya ko-pencipta. Dengan akal budi dan hati nuraninya,
manusia dimungkinkan untuk mengembangkan dunia ciptaan. Dalam pengantar teologi
sistematika, Pannenberg membahas bahwa ajaran penciptaan seperti relevan dalam
konsep kosmologi modern. Bersikap serius terhadap penciptaan tidak perlu
dicurigai sebagai menganut teologi alam. Kehidupan di dunia dengan segala sesuatu
yang kelihatan fana memang layak mendapat tempat istimewa dalam teologim karena
biar bagaimanapun dunia ini milik Bapa.
BAB: III
Deskripsi Mengenai
Daerah Penelitian
Daerah tempat penulis
tinggal adalah daerah yang subur penuh dengan kekayaan alam (sumber daya alam).
Mulai dari kekayaan danau Tondano, kebun sawah dan perkebunan cengkih di
kecamatan Kakas. Kecamatan ini merupakan mayoritas Kristen, kalau diperkirakan
para pendeta dan guru agama yang bertugas di kecamatan Kakas, kurang lebih 30
orang (sudah termasuk guru agama dan vikaris pendeta). Kecamata kakas terdiri
dari 9 jemaat. Di daerah ini dapat digolongkan sebagai daerah yang pemeluk
agama Kristennya relatif banyak, dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain.
Penulis akan berfokus melakukan penelitian kepada beberapa pendeta dan guru
agama apakah mereka, memahami Cratio Ex
Nihilo atau tidak. Dari sini sudah dapat dilihat sejauh mana, para hamba
Tuhan mengenai Cratio Ex Nihil.
Penulis melakukan penelitian memakan waktu 3 hari, dan disetiap wawancara
menghabiskan paling cepat lima menit paling lama 25 menit. Penulis mengambil contoh
dari para hamba Tuhan dengan klasifikasi yang berbeda-beda, hal itu penulis
lakukan supaya mendapatkan varian data yang banyak. Maksud penulis klasifikasi
yang berbeda-beda itu ialah rentang masa kependetaan dari para hamba Tuhan.
Dapat saya lampirkan pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan kepada para
pendeta:
1.
Apakah pendapat para pendetan tentang Cratio Ex Nihilo penciptaan dari yang
tiada menjadi ada.
2.
Jika pendeta setuju jelaska dan jika
tidak jelaskan?
3.
Apakah para memberlakukan hal itu
dalam setiap aktifitas pelayanan kepada jemaat? Jelaskan.
Itulah ketiga pertanyaan
yang menyangkut Cratio Ex Nihilo ketiga
pertanyaan ini menjadi alat ukur sejauh mana para pendeta mengetahui hal itu.
BAB: IV
Hasil Wawancara
1.
Pdt. D.B.
1. pendapat saya mengenai hal itu
sangatlah tepat sebab, ketika dia berfirman maka apa yang dia firmankan pasti
akan terjadi. Tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan, Tuhan adalah pencipta
dan manusia dan alam adalah ciptaannya.
2. saya setuju dengan hal itu, sebab
Tuhan Allah tidak dapat dibatasi oleh kepicikan manusia, manusia seringkali
membatasi eksistensi Tuhan. Hal ini menjadi teguran bagi orang kristen yang
telah banyak melakukan kesalahan dan penyimpangan di mana mereka menganggap
bahwa mereka adalah Tuhan, sebab mereka mampu menciptakaan apa yang belum ada.
Mereka lupa bahwa ini merupakan milik Tuhan, yang hanya dititipkan kepada
manusia untuk dikelola.
3. sejauh ini hal yang dapat saya
lakukan ialah dalam khotbah, itupun kalau bacaannya juga mendukung mengenai hal
itu.
2.
Pdt. N.T.
1
Dan 2 :Pendapat itu memanglah tidak
keliru, namun terakhir saya membaca buku (responden lupa buku yang dibaca oleh
responden) bahwa pemahaman itu telah mengalami pergeseran. Sering dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, itul;ah konsekuensi dari teologi, kalau dia
dimasukan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial. Sebab hal itu akan terus
berubah-ubah sering dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, sejalan dengan itu
bahwa kekayaan firman Tuhan sangatlah banyak, untuk digali. Bahkan ilmu
pengetahuan pun tidak dapat menjabarkannya satu persatu. Sehingga kalau ada
pemahaman baru mengenai Cratio Ex Nihilo penciptaan
dari yang tidak ada menjadi ada , mendapat angin segar. Itu berarti Tuhan
sementara menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah ciptaannya.
3.
Saya berusaha memberikan atau
membagikan benih firman inimelalui khotbah-khotbah, bahkan kalau tidak salah
saya sempat memberikan metrai Cratio Ex
Nihilo di katekisasi calon sidi jemaat. Kenapa saya berikan itu sebab, saya
melihat ada kecenderungan di daerah ini orang-orang telah mabuk oleh ilmu
pengetahuan, sehingga menempatkan Tuhan di bagian kedua.
3. GA. J. S.
Guru agama tidak
mengetahui hal itu.
4.
Pdt.G.W.
Tidak ada infoirmasi,
dari responden katanya pendeta pernah mendengar hal itu sewaktu kuliah, namun
sekarang telah pendeta lupa.
5.
Pdt.F.K.
Tidak mengetahui hal itu
6.
Pdt. D.M
Memanglah benar ungkapan
itu dan saya juga sangat setuju, sebab tidak ada seorangpun yang dapat menyamai
Dia. Hal itu muncul, sebab banyak kecendrungan bahwa manusia telah lupa
daratan. Cratio Ex Nihilo merupakan
pengakuan orang percaya kepada Allah pencipta, dan dibalik ciptaannya terselip
bahwa Allah itu adalah penguasa tidak ada yang tersembunyi dihadapan-Nya. Sebab
apa yang ada adalah ciptannya, dan ciptaan-Nya harus tunduk kepadanya bukan
untuk menyombongkan diri atas temuan yang baru. Memang hal itu adalah baik
selagi dikawal dengan kaidah-kaidah yang sesuai.
3. Hal yang saya laukan
hanyalah sebatas di khotbah, sejauh mana pembacaan Alkitab menjadi perenungan.
Sehingga kalau tidak ada hubungan saya sama sekali tidak akan memberi perhatian
mengenai hal itu.
7.
Pdt. I. L
Saya setuju mengenai hal
itu, sebab melalui hal itu memberikan penegasan kepada manusia, bahwa siapa
sebenarnya Tuhan kita, betapa hebatnya kuat dan perkasa. Tidak ada Allah yang
seperti dia yang mampu menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, itu
semua melalui firman-Nya. Sebab itu mempunyai dasar yang kuat, seperti yang
terdapat dalam Kejadian 1. Bagian ini sengaja dimasukan pada bagian yang
pertama supaya sebalum manusia membaca bagian-bagian yang selanjutnya, sudah
lebih dahulu dikuatkan dengan pegangaan bahwa Tuhan adalah pencipta, dia mampu
membuat sesuatu yang sama sekali baru. Bagian ini juga memberikan penjelasan di
mana kapasitas Tuhan dan kapasitas manusia.
3.Dalam memaknai hal,
saya seringkali memberikan pengajaran kepada jemaat pada saat katekisasi sidi
jemaat, baptisan hal itu sering saya tekankan bahwa dalam diri manusia ada
kecenderungan kesombongan, yang menyebabkan lupa akan Tuhan. Pada bagian ini
saya tidak jemu-jemu untuk berkhotbah dimana daerahnya Tuhan dan di mana
daerahnya manusia. Sebab kalau terjadi kekacawan dalam berarti sudah ada ketimpangan antara Tuhan
dan manusia. Manusia sudah menganggap bahwa manusialah puncak yang sama dengan
Tuhan, sehingga apa salahnya menjadi sama seperti Tuhan menjadi seorang pencipta.
Dengan terjadinya wawancara ini saya akan lebih giat lagi menyuarakan hal itu
dalam khotbah-khotbah saya.
8.
Pdt. M.K
Tidak mengetahui hal itu
9.
Pdt. R.P
Pendeta tidak mengetahui
hal itu
10.
Responden yang terakhir tidak bersedia
untuk namanya dicantumkan dalam tulisan ini, makanya hanya diberikan kode Pdt.
N.N.
Cratio Ex Nihilo menurut saya adalah
pemahaman yang mungkin sudah reltif lama, sebab sejak saya masih duduk dibangku
kuliah. Kami sudah diperkenalkan dengan teori Cratio Ex Nihilo. Saya yakin bahwa mungkinm sudah ada pemahaman
baru mengenai hal ini. namun perlu diyakini bahwa apa yang Tuhan lakukan adalah sebuah karya
yang luar biasa dan tiada tandingnya. Sebenarnya untuk pertanyaan ini saya agak
sulit untuk menjawab, sebab saya masih ragu-ragu untuk mengatakan setuju atau
tidak. Sebab sepengetahuan saya teologi ini sudah ada sejak beberapa puluh
tahun lalu, dari zaman Barth, Von Rad dan lain-lain. Saya yakin pasti ada
perkembangan mengenai hal itu, karena saya yakin bahwa selagi firman Tuhan kita
beda dengan hikmat yang Tuhan percayakan kepada kita, untuk dikelola pasti akan
ada hal-hal yang baru akan terungkap. Secara jujur saya belum pernah menindak
lanjuti hal itu, saya kebanykan menekankan bahwa Tuhan itu penyelamat
dibandingkan Tuhan sebagai pencipta. Manusia butuh penyelamatan dan penebusan
yang apstinya itu semua akan dijawab Tuhan.
BAB: V
Pendapat Pribadi tentang
Cratio Ex Nihilo
Secara umum pendapat
dari para responden hampir sama, ada perbedaan namun hanya sedikit itu pun
menandakan bahwa ada beberapa pendeta yang rajin membaca buku. Selanjutnya
mengenai bagaimana cara atau kiat-kiat para pendeta menindak lanjuti itu,
sehingga jemaat menjadi mengerti. Para pendeta hampir senada memberikan jawaban
yaitu melalui khotbah dan katekisasi-katekisasi. Pandangan saya pribadi
mengenai Cratio Ex Nihilo adalah
sebagai berikut. Memanglah benar bahwa Cratio
Ex Nihilo nanti muncul di dalam kitab apokrif, sedangkan dalam kitab-kitab
Perjanjian Lama, Cratio Ex Nihilo sama
sekali tidak disinggung. Hal ini menandakan bahwa perhatian manusia, pada masa itu bukanlah kepada Allah sebagai
pencipta melainkan Allah sebagai penebus dan pembebas. Namun antara penebusan
dan penciptaan mempunyai keterkaitan. Di mana kalau tidak ada penciptaan maka
tidak akan ada penebusan, itulah hal yang pertama harus dipertegas.
Dalam tulisan ini
penulis mengiyakan mengenai Cratio Ex
Nihilo adalah penciptaan dari yang tidak ada, menjadi ada. Sebab pemahaman
ini penulis dapatkan sejak dari semester satu. Namun saat berjalannya kuliah
ini, penulis diperkaya oleh pengetahuan-pengetahuan yang baru mengenai Cratio Ex Nihilo sebab dalam pembicaraan
dalam mata kuliah ini, dikatakan bahwa Cratio
Ex Nihilo sudah ditinggalkan oleh para pakar Perjanjian Lama yang ada di
Barat. Memanglah benar apa yang dikatakan oleh para pendeta bahwa Cratio Ex Nihilo merupakan penegasan
akan kapasitas manusia dan Tuhan, saya setuju dengan hal itu. Namun menurut
saya pribadi Cratio Ex Nihilo sudah
tidak relefan lagi saat ini. Sebab dari buku-buku yang penulis baca, sekaligus
pembicaraan yang ada di kelas (perkuliahan)ternyata dalam mencipta Allah harus
berkorban, di mana ketika dia hendak menciptakan langit dan bumi, Tuhan harus
mengosongkan suatu tempat, sebab di semua
tempat di isi oleh Tuhan. Sedangkan ketika dia menciptakan manusia,
Tuhan hanya meminjamkan nafas kehidupan kepada manusia, yang dia hembuskan di hidung
manusia. Penulis juga percaya bahwa dengan adanya penciptaan maka manusia boleh
bersyukur atas karya-karya selamat yang Tuhan anugerahkan. Dalam tulisan ini
penulis agak kecewa, sebab ada pendeta yang sama sekali tidak mengetahui akan
hal ini, sangat disayangkan bahwa hal yang penting ini tidak menjadi perhatian
yang utama.
Allah pencipta merupakan gambaran kedaulatan,
kekuatan dan eksistensinya di dalam sejarah kehidupan umat manusia. Pensiptaan
adalah pembaharuan dari yang “buruk” menjadi “baik”, penciptaan berlangsung
terus menerus dalam kehiduan manusia dan alam. Selanjutnya mengenai kita-kita
dalam menindaki lanjuti hal itu. penulis setuju dengan pendapat para pendeta
yaitu melalui khotbah-khotbah dankatekisasi-katekisasi kepada semua warga
masyarakat.
BAB: VI
Kesimpulan
Mengakhiri tulisan ini
saya mengusulkan bahwa, para pendeta harus di refres dengan dibuat kegiatan sosialisasi baik di tingkat jemaat,
wilaya, bahkan sinode. Penyadaran ini sangatlah penting, sebab ditangan para
pendeta ada nasib jemaat. Sehingga kalau para pendeta yang telah mendapat
bimbingan dan penyulihan dapat menyalurkan ini kepada jemaat dengan baik dalam khotbah dan katekisasi-katekisasi.
Bahkan saya mengusulkan bahwa sesekali materi tentang Cratio Ex Nihilo coba dibahas dan diuraikan dalam PAS, yang
dilangsungkan oleh hampir semua gereja. Kalau hal ini dibahas dalam PAS makan
khotbah-khotbah yang ada dijemaat itu akan menjadi seragam, sehingga para
pendeta terbantukan dengan adanya para pelsus yang mengetahui hal itu. usulan
juga bahwa bacaan-bacaan tentang penciptaan haruslah diperbanyak, oleh bidang
APP sinode. Selanjutnya para pendeta mendapat pekerjaan rumah bahwa hal ini
harus dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam tindakan misalnya
menanam pohon-pohon yang hijau, membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain.
Kalau manusia sudah dapat melakukan hal-hal yang positif, berarti manusia
sementara terlibat dengan Tuhan menjaga keberlangsungan ciptaan. Sehingga
dengan adanya bacaan pendeta juga terbantu untuk berkhotbah di gereja.
Kesimpulan akhir
mengenai penelitian ini, penulis agak kecewa dengan fakta yang ditemukan oleh
penulis bahwa masih banyak, pendeta yang tidak mengetahui hal itu, ada yang
tahu namun tidak menindak lanjuti akan hal tersebut. Dari fakta yang ditemukan
oleh penulis maka, hal-hal yang penulis usulkan di atas perlu untuk
dilaksankan. Bahkan hal ini juga
memberikan penekanan akan kapasitas dari manusia dan kapasitas dari Tuhan,
manusia jangan menyaingi Tuhan dengan sgala kelebihannya, sebab itu semua
adalah anugerah Tuhan yang Tuhan percayakan kepada manusia untuk dikelola.
Penulis sangat tidak setuju akan istilah saat ini, bahkan istilah itu semakin
marak dipakai yaitu istilah “pencipta”, secara tidak langsung eksistensi Tuhan
sudah mulai mengalami pergeseran, penulis lebih setuju dengan sebutan
“penemu”sebab Tuhan yang menciptakan dan manusia Tuhan pakai untuk menemukan
ciptaan yang sudah Tuhan ciptakan.
Akhirnya hal yang paling
digaris bawahi, bahwa perlu adanya sosialisasi dari segala pihak, melihat
keprihatinan bahwa banyak para pendeta yang tidak mengetahui hal itu, sudah
menjadi keharusan bahwa para pendeta harus dapat memahami hal itu, bagaimana
jadinya kalau pendeta tidak mengetahui hal itu, apa lagi jemaatnya. Jangalah
pemberitaan menjadi berat sebelah, di mana hanya menekankan Allah sebagai
penebus dan pembebas. Melainkan Allah itu adalah Allah pencipta yang
eksistensinya tidak dapat dibatasi oleh kepicikan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar