Rabu, 12 Maret 2014

Tafsiran Naratif Kejadian 34:1-31


Nama : Arke Steward Maindoka.
Nim : 201041047.
Dosen : Pdt. Dr. S. E. Abram.
Mata Kuliah: Eksegese Naratif Perjanjian Lama.
1.    Membaca Cermat Kejadian 34:1-31.
2.    Mengenal Perikop Secara Keseluruhan.
Narasi Dina dan Sikhem, berada dalam iring-iringan cerita Yakub dan anak-anaknya ketika mereka hidup sebagai kelompok masyarakat yang nomaden. Kejadian 34:1-31 adalah suatu rangkaian cerita dari anak Yakub, yaitu Dina. Dina (hn"yDI) mempunyai arti penghakiman atau dihakimi. Dina adalah anak Yakub dari Lea, kalau mau dilihat dari rangkaian cerita yang terdapat dalam, Kejadian 29:31-30:24, maka Dina adalah kakak dari Yusuf dan Benyamin. Namun mereka berbedah ibu, kalau Yusuf dan Benyamin ibu mereka Rahel sedangkan Dina ibunya adalah Lea. Dalam Kejadian 29:31-30:24 sudah ada diskriminasi yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Kalau kita membaca secara cermat, ketika anak-anak laki-laki lahir, narator langsung memberikan komentar, dari nama yang diberikan misalnya....berkatalah ia: Allah telah menghapus aibku. Maka ia menamai anak itu Yusuf. Namun setelah tiba giliran dari Dina, tidak diketahui kenapa narator tidak memberikan komentar. Namun secara mengejutkan dalam rangkaian cerita Yakub, ada pasal yang menguraikan nasib dari Dina anak perempuan Yakub. Tapi perlu digaris bawahi, cerita itu pun tidak bernada baik. Narator mengulas cerita itu dalam Kejadian 34:1-31. Dalam narasi itu Dina diperkosa atau dilecehkan oleh Sikhem anak Hemor orang Hewi. Kehidupan dari Dina kalau mau diibaratkan bagaikan bunga yang baru saja berkembang, namun pada saat itu juga harus terpetik dan layu.
Namun apa yang dilakukan oleh Sikhem terhadap Dina, membawa bencana bagi semua orang yang tinggal di tempat itu. Sikhem bagaikan pepatah menabur angin menuai badai. Hawa nafsu dari Sikhem, telah membutakan mata hatinya. Sikhem telah terhipnotis dengan kecantikan dari orang nomaden yaitu Dina. Ujung dari tindakan pemerkosaan atau pelecehan dari Sikhem terhadap Dina, harus ditanggung oleh seluruh rakyatnya yang tidak berdosa. Dalam narasi itu diceritakan bahwa dalam perjalanan Yakub berserta rombongan, dari Padan- Aram. Mereka sampai di daerah Kanaan yaitu Sikhem, Yakub beserta rombongan mempunyai rencana untuk menetap di situ.[1] Namun apa yang terjadi nasib sial menghinggapi anak perempaunnya, yaitu Dina, di mana Dina mengalami pelecehan seksual (pemerkosaan). Secara tidak langsung Sikhem telah melakukan kekerasan fisik terhadap Dina, bahkan dia telah merampas secara paksa harta yang dimiliki oleh Dina. Harta itu ialah keperawanan. Setelah diketahui oleh kakak-kakaknya mereka marah (ayat 7). Sebab mereka mempunyai pemahaman, jika salah satu dari mereka dilecehkan, maka orang tersebut sama saja melechkan semua dari mereka. Hal inilah yang berlaku dalam narasi ini.[2] Sikhem menyuruh ayahnya untuk pergi melamar Dina, dengan segala macam tawaran, diberikan kepada Yakub. Namun apa yang terjadi kesempatan ini dipergunakan oleh anak-anak Yakub untuk menuntu balas terhadap Sikhem. Syarat yang mereka ajukan tidaklah susah, sebaba mereka hanya meminta bahwa semua laki-laki harus di sunat. Hal itu tidak dianggap sukar oleh Sikhem dan ayahnya. Singkat cerita mereka langsung kembali ke tempat mereka dan melaksanakan tuntutan dari anak-anak Yakub.
Setelah tiga hari, seluruh laki-laki di Sikhem telah merasakan kesakitan. Pada saat itulah kedua anak Yakub yaitu Simon dan Lewi, melakukan pembantaian secara besar-besaran terhadap rakyat Sikhem. Tidak dapat dipungkiri kenapa Simon dan Lewi cepat bereaksi sebab, Simon dan Lewi adalah kakak kandung dari Dina, sebab mereka dilahirkan dari ibu yang sama yaitu Lea.[3] Namun bukan hanya membunuh, namun mereka menjarah seluru isi kota itu. Namun hal itu tidak disetujui oleh Yakub (ayat 30). Berdasarkan dari narasi ini, perlu digarsi bawahi bahwa perempuan bukanlah makhluk yang lemah dan selalu dinomor duakan. Sebab bagi perempuan ditengah-tengah kelemahan mereka ada kekuatan yang mereka miliki yaitu keluarga (ayat 31). Sebenarnya Sikhem harus cepat sadar, akan tindakan keliru yang dia lakukan. Sikhem mungkin berpikir bahwa perempuan diibaratkan seperti baju, kalau cocok digunakan/dipakai, namun kalau tidak cocok dapat dilepaskan dan diganti dengan yang baru. Ada kecenderungan pemikiran dari Sikhem bahwa perempuan bagaikan barang, yang kalau hendak mau dibeli harus dicobe terlebih dahulu. Sikhem seolah tidak memikirkan akan keberadaan dari Dina, dia tidak bertanya kepada Dina, apakah dia setuju atau tidak? Namun dia hanya bertanya kepada Yakub dan anak-anaknya (kakak-kakak Dina). Dia menganggap Dina bagaikan barang, yang kalau dia sukai maka harus diminta kepada pemiliknya, sekalipun harus membayarnya (ayat 9:11). Ketika ketimpangan yang terjadi maka, hasilnya pun menjadi pembuktian yaitu kehancuran dan kematian.
Bagian inilah yang membuat penulis menjadi tertarik untuk meneliti narasi ini, selain dari alasan di atas. Ada hal yang menarik yang penulis dapatkan yaitu “jangan sekali-kali melakukan kejahatan kepada perempuan sebab akhirnya hanya akan melahirkan kesengsaraan”. Hal itu terbukti dalam narasi ini.
3.           Komponen-komponen Dan Seni Narasi Dina dan Sikhem.
3.1.   Struktur.
Dalam memahami narasi Dina dan Sikhem (Kejadian 1:1-16), ada tiga bagian yang perlu diperhatikan dalam struktur narasi yaitu:
·  Pendahuluan.
Pendahuluan dalam narasi ini terbentang dari ayat 1-5, bagian ini diuraikan oleh narator secara jelas. Dari bagian ini dapat dijadikan tumpuhan atau pengantar dari konflik yang akan terjadi. Cerita ini bermula ketika Yakub beserta rombongan yang dari Padan-Aram, berencana akan menetap di wilayah Kanaan tepatnya di Sikhem. Padan-Aram adalah suatu dataran yang ada dipertengahan sungai Habur dan sungai Efrat, daerah-daerah Padan-Aram ialah Haran dan Mari.[4] Kenapa dalam cerita dikatakan Yakub dan rombongan datang dari Padan-Aram, alasannya ialah ketika Yakub dan Esau bermasalah. Yakub lari menyingkir ke Haran.[5] Di sana Yakub mendapatkan 2 Istri yaitu Rahel dan Lea. Setelah berdamai dengan Esau (Kejadian 33), dia terus berjalan ke selatan hingga sampailah dia di daerah tanah Kanaan, lebih tepatnya di daerah Sikhem. Rupanya rombongan Yakub mendapat sambutan yang baik dari daerah setempat yaitu Raja Hemor. Hemor  (rAmàx]) kata ini mempunyai arti “Keledai”.[6] Hal itu terbukti dengan terjadinya jual beli tanah antara anak-anak Hemor (rAmàx]-ynE)B.!Be kata benda maskulin jamak konstruk   rAmx] kata nama ” ) dan Yakub sendiri. secara harafia diartikan sebagai anak-anak Hemor, namun dari kata-kata itu menunjuk kepada penduduk yang ada dan tinggal di situ.[7] Hal itu menunjukkan bahwa ada keinginan dari Yakub untuk tinggal lama di Kanaan (Sikhem), namun sepertinya tidak demikian kalau mencermati alur dari cerita ini. Narator menceritakan tentang Dina. Dina  (hn"yDI) mempunyai arti “Penghakiman” atau “dihakimi”. Kalau dicermati kedua kata itu ialah kata kerja dan kata benda. Dina di Israel namanya anonim.[8] Kenapa Dina ditulis anonim sebab sewaktu kelahiran kakak-kakanya dalam Kejadian 29:31-30:24, narator memberikan komentar lewat Rahel dan Lea. Ketika tiba giliran dari Dina, tidak ada komentar yang diucapka. Seolah-olah kebisuhanlah yang mengiring kelahiran dari anak ini (Dina).
              
Cerita ini dimulai ketika Dina keluar dari kemah, tempat dia tinggal dengan ibu, ayah dan saudara-saudaranya. Ketika Dina Keluar dia pergi mengunjungi perempuan-perempuan atau teman-teman wanita yang sebaya dengan dia. Dalam cerita tidak diceritakan atau diulas tentang usia dari Dina. Ayat  1 (satu) dalam cerita ini, mempunyai makna yang sangat dalam, sebab dibalik cerita itu ada hal yang hendak disampaikan.  Ketika Dina bisa merasakan kebebasan, Dina merasa senang. sebab sebelumnya, Dina hanya tinggal di dalam kemah, wajib untuk melayani saudara-saudara dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ada pemahaman saat itu bahwa kodrat dari perempuan ialah menyiapkan makanan dan merawat orang tua.[9] Secara tidak langsung ada sterotip yang melekat saat itu perempuan harus mengerjakan pekerjaan domestik sedangkan, laki-laki harus mengerjakan publik misalnya menjaga ternak dipadang dan berkebun.[10] Itulah tradisi yang sangat kental dalam cerita ini, namun hal itu tidak sepenuhnya berlaku. Sebab sebelum Rahel dan Lea bertemu dengan Yakub mereka juga mengerjakan pekerjaan Publik yaitu mengembalakan ternak Laban ayah mereka.[11] Pemikiran saat itu perempuan bagaikan barang yang harus disimpan, dijaga dan dilindungi agar tidak dicuri oleh orang. Tidak dujelaskan oleh narator alasan Dina keluar dari kemah. Mungkin satu alasan bahwa Dina adalah orang baru di daerah Sikhem, sehingga di tengah-tengah kesendirian dan kesepiannya, Dina pergi mencari teman. Namun apa yang terjadi untung tak bisa ditolak, malang tak  bisa diraih. Dina dilihat oleh Sikhem (~k,óv. arti dari kata ini ialah pundak ). Sikhem adalah anak raja, yang mepunyai ras dari orang Hewi (yWIßxih;¥ h; awalan penentu   yWIxi kata nama ). Hewi adalah salah satu di antara 7 daerah Kanaan yaitu Kanaan, Yebus, Feris, Gergasi, Amori, Arki dan Hewi, ketujuh suku inilah yang menjadi penduduk asli tanah Kanaan.[12] Secara Khusus Hewi terletak, disekitar tanah Libanon dan pegunungan Hermon.[13]
Secara singat dalam cerita itu, Dina dilarikan oleh Sikhem dan diperkosanya. Perlu untuk diketahui kata yang dipakai oleh narator untuk menjelasakan tindakan Sikhem yaitu xQ:ïYIw:  bK;îv.YIw: (w> awalan penghungng, xql kata kerja qal dengan waw consecutif imperfek orang ketiga maskulin tunggal. w> awalan penghubung   bkv kata kerja qal dengan waw consecutif imperfek orang 3 maskulin tunggal) secara harafia kata itu berarti  “ia telah mengambil, membawa dan ia telah membaringakan”. Itulah arti harafia dari kata tersebut. Walaupun kasus dalam kata ini imperfek yang menandakan bahwa pekerjaan itu belum selesai, namun karena menggunakan waw konsekutif maka kasus ini berubah atau terjadi penukaran dengan perfek. Perlu diperhatika kata bkv kalau diartikan secara harafia artinya lebih halus dengan kata “memperkosa”. Secara kebetulan juga kata itu dipakai oleh narator dalam II Samuel 13:14, dalam kisah Amnon dan Tamar. Dari situ dapat disimpulkan kata membarngkan setara dengan kata memperkosa.
Dalam bagian ini ada ketimpangan yang coba diuraiakan oleh narator dalam cerita itu. Sikhem menganggap Dina seperti barang, sehingga tanpa penjelasan dari Dina, dia langsung melarikannya. Hal itu berangkat juga dari pemahaman saat itu, yang menempatkan perempuan seperti barang yang harus dijaga, dilindung dan disimpan di dalam kemah.  Lewat peristiwa ini narator semetara mempersiapkan para pembaca untuk, menuju konflik atau kontras. Memang ini terkesan biasa namun sesungguhnya peristiwa yang luar biasa sementara menanti di babak yang selanjutnya dalam rangkaian adegan cerita ini. Ayat 3 seolah ada nuansa romantis yang mengalir di sana sebab, dalam cerita itu hati Sikhem terpaut kepada Dina.  Namun secara tersirat narator melukiskan bahwa sebenarnya Dina merontak kepada Sikehm atas tindakannya kepada dia. Dina merontak bukan tanpa alasan, sebab dia khwatir dengan nasibnya. Sebab dia telah melakukan kecemaran. Apa lagi yang melakukan itu ialah orang asing atau bangsa kafir.
Dalam cerita itu narator mengajak pembaca untuk berempati kepada Dina, sebab dia takut respon yang akan ditunjukkan oleh ayah dan saudara-saudaranya, atas nasib yang menimpa dia. Dian tahu benar tradisi yang ada di dalam keluarganya, yaitu mereka menentang perkawinan campur. Sebab kalau diperhatiakan tardisi mereka bahwa kalau terjadi pemerkosaan maka sang pria wajib memberikan 50 syikal perak kepada ayah gadis itu dan gadis itu harus menjadi istrinya seumur hidupnya, sang pria/suami tidak boleh menyuruh istrinya pergi.[14] Hal inilah yang akan dilakukan oleh Hemor atas permintaan Sikhem yaitu melamar Dina. Namun apa yang terjadi kepada Yakub, setelah mendengar kejadian itu, yakub malah mendiamkannya. Namun dalam terjemahan BIS narator melukiskan respon dari Yakub agak berbeda yaitu, ........ia tidap dapat mengambil tindakan apa pun sebelum mereka pulang. Respon dari Yakub ini mempunyai arti bahwa mungkin dia takut atau sebagainya sebab mereka adalah orang baru di tempat itu. Dalam bagian ini nasib dari Dina sangat memperihatinkan di samping dia anggap seperti barang dia, juga kerap kali banyak mendapat tindakan ketidak adilan, dari ayahnya dan saudara-saudaranya. Misalnya kalau mengacu terhadap tradisi di atas, maka sebenarnya Dina dan Sikhem boleh menikah. namun ada satu lagi tembok yang menghalangi hal itu ialah, komunitasnya sangat anti terhadap pernikahan campur. Hal itulah yang mungkin menjadi beban perasaan kepada Dina. Namun hal itu tidak terjadi kepada Yusuf anak Yakub, seolah-olah ada pengecualian terhadap kasus ini. Diceritakan bahwa Yusuf menikah dengan seorang anak Imam di On.[15] Dari sini cerita itu mengambarkan akan, nasib Dina yang sudah jatuh malah tertimpah dengan tangga. Namun itulah kenyataan dan jalan dari Dina yang harus dia tempuh. Dalam bagian-bagian yang terakhir narator sudah mulai menyalakan api konflik dalam cerita ini, narator seolah memberikan celah bagi pembaca untuk menduga-duga kelangsungan cerita dari pemerkosaan yang dialami oleh Dina.
·  Perkembangan.
Setelah menjelasakan latar belakang timbulnya masalah atau konflik dalam cerita ini, narator mengajak para pembaca untuk menyelami puncak dari cerita tentang Dina. Secara panjang lebar narator menguraikan konflik yang ada dalam cerita ini. Konflik terurai dari ayat 6-29. Kata lalu yang dipakai oleh narator hendak menunjukkan waktu, di mana waktu yang ditunjukkan hanya relatif pendek. Maksudnya ketika peristiwa itu terjadi Hemor ayah Sikhem langsung datang kepada Yakub di kemahnya, hendak meminang Dina. Dalam bagian ini narator dalam cerita ini banyak memainkan kata-kata yang bermakna waktu seperti dengan kata yang ada di ayat 7 yaitu “sementara”. Cerita diatur sedemikian rupa sehingga ketika Hemor, Sikhem serta Yakub. Sangat mungkin pembicaraan itu berlangsung pada sore hari menjelang malam, sebab dalam cerita dikatakan bahwa......anak-anak Yakub pulang dari padang. Kebiasaan saat itu gembala selesai menggembalakan ternak mereka pada sore menjelang malam. Namun karena anak Yakub adan banyak mereka secara bergilir menggembalakan ternak ayah mereka. Mungkin juga anak Yakub yang mengetahui kejadian ini ialan Simon dan Lewi. Sebab mereka berdua adalah yang paling emosi dan marah, dalam menanggapi kasus ini, di samping juga Dina adalah adik mereka dari ibu yang sama yaitu Lea.
Dalam cerita atau narasi ini Hemor hendak melamar dan memberikan penawaran kepada keluarga Yakub. Hemor sama sekai tidak mengetahui bahwa pada saat itu, Yakub dan keluarga mereka sangat anti terhadap pernikahan campur. Namun dalam cerita ini hal itu tidak terlalu diekspos oleh narator dalam cerita ini. Banyak hal yang Hemor tawarkan kepada Yakub, bukan hanya pernikahan campur namun kebebasan untuk tinggal di tanah itu. Ini merupakan tawaran yang sangat mengiurkan, apabila tawaran ini ditujukan kepada orang nomad. Mungkin tawaran itu masih belum dapat meyakinkan Yakub dan keluarganya. Sikehm langsung angkat bicara dengan bermohon kepada mereka, permohonan dari Sikhem hendak memberikan penegasan bahwa cintanya kepada Dina sangatlah sungguh dan bertanggung jawab. Walaupun perlu di sadari bahwa Sikhem telah melakukan kesalahan. Mungkin Sikhem tindakan pemerkosaan itu hanyalah tindakan yang sepelah menurut tradisi dari bangsa dan budayanya, namun hal itu menurut tradisi keluarga Yakub dan nenek moyang mereka itu merupakan kecemaran bagi seluru komunitas mereka (Kejadian 34:7). Sikhem juga mungkin mengetahui tradisi dari mereka, sehingga kalau Sikhem mau melamar Dian secara baik-baik pasti hal itu tidak akan dilususkan oleh Yakub dan saudara-saudaranya. Sterotip yang menganggap perempuan sebagai barang bukan hanya melekat pada keluaraga Yakub tapi, hal itu juga melekat kepada bangsa Kanaan. Hal itu sangat nyata dalam perkataan Sikhem dalam ayat 11-12. Memang dalam sejarah Alkitab perempuan selalu dianggap sebagai objek dan barang. Sebab perkataan Sikhem kepada Yakub seolah-olah dia akan membeli Dina. Sikhem berjanji akan memberikan mahar . mahar bias berbentuk uang atau barang yang harsu dibayar oleh calon suami kepada ayah pengantin perempaun, mahar dianggap sebagai ganti rugi bagi hilangnya anak perempuan.[16] Sangat memperihantinkan nasib dari perempaun saat itu, karena suaminya membayar mahar kepada ayahnya. Maka ada kecenderungan bahwa wanita itu diperlakukan sesuai dengan kehendak dari laki-laki itu. Hal itu menyebabkan perempaun/istri harus tunduk kepada laki-laki, atau dia sendiri tidak mempunyai daya atao otoritas bagi dirinya sendiri. Dari narasi itu, sangat jelas bahwa Sikhem sangat ingin memiliki Dina, untuk berada di sisinya.
Namun niat baik dari Hemor dan Sikhem tidak disambut dengan respon yang baik juga. Respon dari Simon dan Lewi bukan tanpa alasan, sebab mereka dendam kepada Sikhem atas kelaluannya kepada Dina. Sehingga mereka mengajukan suatu syarat yang harus dijalani oleh Sikhem dan ayahnya. Ternyata syarat itu hanya berupa jebakan, dalam cerita itu narator mengunakan kata “hm'Þr>miB.” (B. kata depan, hm'r>mi kata benda feminim tunggal absolut), secara harafia berari “dengan tipu, bohong, tipuan”. Syarat dari Simon dan Lewi memang tidak terkesan untuk menipuh, sebab syarat yang dimasukan ialah suatu tradisi dari mereka, yaitu sunat. Memalui tindakan ini para pembaca akan dipersiapakn oleh narator akan suatu kondisi yang sanagt buruk yaitu pembantaian secara besar-besaran penduduk Sikhem. Syarat yang diajukan cukup masuk akal sebab bagi mereka sunat adalah perjanjian keakraban antara TUHAN dan hambanya (Kejadian 17:10-14) kalau diurakan sunat meruapak lambang dari manusa dan Tuhan yang telah membuat perjanjian (tyrIB. Kata benda feminim tunggal tor'k' Kata kerja qal artinya memoton, kalau kedua kata ini ditemukan secara berturut-turut maka kata itu bukan diartikan secara literer, melainkan artinya ialah membuat perjanjian).[17] Dari kata itu secara tersirat menggambarkan bahwa bangsa dari Sikhem adalah bangsa yang najis atau kafir karena tidak bersunat, syarat itu langsung mereka sanggup, sebab Sikhem telah dibutahkan oleh cintanya kepada Dina. Hemor tidak mengetahui akal bulus dari kedua anak Yakub ini, Yakub tidak bersuara sebab dia berpikir bahwa maksud dari kedua anaknya ialah baik yaitu tetap memlihara tradisi dari nenek moyang mereka.
Narator secara cepat-cepat beralih dari adegan yang satu dengan adegan yang lain, sangat mungkin bahwa hati Sikhem sangat senang sebab cintanya kepada Dina akan menjadi kenyataan, lewat pernikahannya dengan Dina. Sangat mungkin ketika Dina telah diperkosanya, Dina dibawanya ke rumah mereka (ayat 26). Tanpa berlama-lama Sikhem dan ayahnya langsung pergi ke pintu gerbang kota Sikhem. Pintu gerbang adalah tempat yang strategis untuk menyampaikan pengumuman sebab di pintu gerbang adalah tempat berkumpulnya masyarakat umum dan juga pusat dari bisnis perdagangaan dan jantung interaksi semua lapisan masyaraka, bahkan ada sebuah tradisi bahwa dipintu gerbanglah diputuskan suatu peristiwa atau bermufakat, perundingan.[18]  Singkat cerita Hemor dan anaknya mengutarakan maksud mereka kepada seluruh rakyat Sikhem, dalam artian mereka hendak membujuk mereka supaya mereka di sunat sama seperti keluarga Yakub. Secara tidak langsung Hemor ingin memanfaatkan rakyatnya, demi kepentingan pribadi anaknya. Segala bujukan diajukan mereka berdua kepada mereka. Lagi-lagi perempuanlah yang menjadi objek yang ditawarkan kepada mereka. Hemor juga ketika mengiyakan syarat dari saudara-saudara Dina memupnyai niat yang buruk seperi yang diuraikan oleh narator dalam ayat 23. Seluruh rakyat terasa terhipnotis dengan tawaran Hemor dan Sikhem yang sangat mengiurkan. Pada hari itu juga semua laki-laki yang ada dikota itu disunat tidak ada yang terkecuali, seluruh rakyat Sikhem tidak menyadari bahwa nyawa mereka sedang terancam. Memalui itu narator akan menunjukkan suatu malapetaka yang sangat besar, akan melanda seluruh rakyat yang tinggal di Sikhem.
Secara cepat cerita beralih dengan rentang waktu 3 hari atau hari ketiga setelah sunat masal dilakukan kepada setiap laki-laki. Mungkin ketika disunat rasa sakit yang dirasakan belumlah terlalu sakit, nantilah setelah beberapa hari rasa sakit sudah mulai terasa. Bahkan seorang laki-laki yang disunat tidak dapat melakukan apa-apa, selain menunggu lukanya sembuh. Berdasarkan cerita ini seluruh laki-laki yang disunat telah merinti kesakitan, karena disunat. Pada saat inilah kedua anak yakub melakukan pembantaian secara membabibuta, membunuh semua laki-laki yang ada di Sikehm tidak ada yang terkecuali, termasuk Sikhem dan Hemor. Memang kalau dipikirkan agak aneh, dua orang membantai atau membunuh satu kota. Namun perlu untuk diketahui bahwa kota-kota pada zaman itu kecil sekali serta penduduknyapun sedikit jumlahnya, sehingga sangat mungkin kedua orang ini membantai kota Sikhem.[19] Bukan hanya membunuh semua laki-laki di kota itu, namun mereka juga turut menjarah seluruh kota itu. Para wanita dan anak-anak dijadikan budak oleh mereka. Seolah tiada ampun bagi rakyat Sikhem.
Dari hal ini nasib Dina seolah menjadi kabur, kehidupannya untuk berumah tangga hanyala angan-angan belaka, kejadian yang dia alami sebenarnya bisa memberikan penyadaran kepada keluarganya. Namun kenapa kejadian yang dia alami, hanya dijadikan sebagai momentum luapan emosi dari saudara-saudaranya. Adakah kejadian yang Dina alami saat itu, menjadi titik balik supaya dia dihargai sebagai mana manusia secara utuhnya dan mempunyai kehendak bebas. Namun itulah jalan kehidupan yang harsu dirasakan oleh Dina. Setelah berpetualang dalam bagian konflik dalam cerita ini, narator mencoba mengajak para pembaca untuk rehat sebentar dari sekian banyak konflik, beralih ke penutup atau penyelesaian.


·  Penutup
Bagian penutup dalam cerita ini hanya terdiri dari dua ayat yaitu ayat 30 dan 31. Tidak diceritakan dalam narasi ini, dari siapa Yakub mengetahui tindakan dari Simon dan Lewi. Yang jelas pikiran dari Yakub yaitu ketakutan kalau-kalau sampai berita ini tersiar maka, seluru orang Kanaan akan bersatu yaitu, Amori, Yebus, Arki, Gergasi, Feris, Kanaan. Hewi sudah tidak terhitung sebab mereka telah hancur. Ke 6 daerah ini apabila bersatu maka, Yakub dan keluarga beserta pengikutnya akan dilulu-lantakan oleh mereka. Sebab mereka akan menjadi banyak jumlahnya kalau mereka bersatu. Yakub Takut akan kehidupan mereka, yakub tidak mengetahu rencana dari kedua anaknya, sehingga kalau dicermati ayat ini sedikit bernada keras. Mungkin ada kecenderungan dalam pikiran Yakub bahwa kalau hal itu terjadi maka, Tuhan akan membiarkan mereka, sebab merekalah yang menyulut api amarah. Namun kata-kata dari Yakub dibantah oleh mereka, dengan alasan bahwa mereka tidak ingin meliahat adik mereka diperlakukan seperti perempuan sundal. Ini merupakan pembenaran dari Simeon dan Lewi, ini adalah tindakan yang baik, bagi mereka. Namun lagi-lagi Dina menjadi korban, di mana Dina mereka jadikan tameng sebagai pemebenaran akan tindakan mereka. Ketika mereka ada dalam situasi yang terhimpit mereka mengunakan perempuan sebagai dali, untuk membenarkan tindakan mereka. Cerita ini cukup untik sebab tidak menyajikan cerita yang berakhir bahagian, namun cerita ini diakhiri dengan peristiwa yang mengantung, karena nasib Dina tidak lagi pernah dibicarakan selanjutnya.
3.2 Alur.
Alur dalam cerita ini ialah alur maju, sebab diceritakan dalam narasi itu Dina pergi keluar untuk berjalan-jalan atau bertemu dengan teman yang sebaya dengan dia. Namun apa yang terjadi dia, dilihat oleh Sikhem yang latar belakangnya dari kalangan kerajaan yaitu anak raja Hemor. Dia dibawanya dan diperkosa oleh dia, sangat tragis apa yang dirasakan oleh  Dina saat itu, namun Sikhem mau bertanggung jawab dengan apa yang telah dia lakukan. Dia meminta Hemor untuk pergi melamar Dina. Dina merasakan pergumulan yang sangat berat yaitu pasti ayahnya dan saudara-saudaranya tidak akan memberikan lampu hijau atas maksud dari Hemor dan Sikhem. Maka pergila Hemor dan Sikhem kepada Yakub di tempat dia berkemah, pada saat itu sudara-saudara dari Dina baru kembali dari tugas mereka, yaitu mengembalakan ternak di padang. Harapan dari Hemor dan Sikhem tidak disambut dengan baik, sehingga mereka harus membujuk Yakub dan saudara-saudara Dina dengan segala keuntungan kalau Dina dan Sikhem sampai menikah. Namun mereka berdua datang dari latar belakang yang berbeda. Keluarga dari Dina mempunyai indikasi menolak pernikahan campur. Namun moment itu digunakan untuk membals dendam, atas kecemaran yang mereka lakukan kepada Dina. Sebab kalau mereka mencemai Dina, itu sama saja dengan mencemari semua keluarga dari Dina.
Mereka mengajukan syarat supaya mereka dan semua laki-laki yang tinggal di Sikhem harus disunat. Hal itu tidak dicurigai oleh Sikhem dan ayahnya. Mereka langsung mengiyakan akan syarat tersebut. Mereka langsung pergi dan menuju pintu gerbang, untuk mengutarakan syarat dari pihak keluarga Dina. Tugas dari Sikhem dan Hemor  belum berakhir mereka harus meyakinkan juga seluruh rakyat Sikhem. Segala bujukan diutarakan oleh mereka, bahkan akal bulus pun mereka gunakan yaitu semua yang dimiliki oleh Yakub akan mereka miliki.  Seluruh rakyat Sikhem langsung mengiyakan  behwa mereka bersedia untuk disunat. Setelah disunat dalam waktu 3 hari mereka semua dalam kesakitan. Maka Simeon dan Lewi melakukan pembantaian kepada seluruh rakyat Sikhem dan menjarah seluruh kota itu. Sikhem dan ayahnya juga turut merasakan tajamnya pedang dari Simeon dan Lewi. Setelah itu mereka menjemput Dina, dan membawa dia. Hal itu diketahui ole Yakub dan dia memarahi kedua anaknya. Sebab Yakub takut kalau tetangga dari kota itu bersatu dan menyerang maka nasib mereka sudah tidak diketahui lagi. Namun Simeon dan Lewi membela tindakan mereka dengan berkata bahwa itu mereka lakukan karena mereka tidak ingin melihat saudara mereka diperlakukan seperti perempuan sundal.
3.3.  Penokohan.
·     Dina: Dalam narasi ini Dina digambarkan sebagai perempuan yang lemah. Sebab sewaktu Sikhem mambawa dan memperkosanya Dina tidak melawan (ayat 2), di tengah-tengah kelemahan narator menunjukkan kekuatan Dina yang walaupn banyak masalah dia tetap berusaha untuk tegar. Misalnya dia dijadikan tameng simeon dan Lewi atas kekerasan yang mereka lakukan (ayat 31).
·     Sikhem:  Jahat sebab dia melakukan tindakan kejahatan yaitu pemerkosaan (ayat 2), namun sikap yang bertanggung jawab juga turut melekat pada karakter Sikhem, hal itu terbukti ketika dia meminta ayahnya untuk pergi melamar Dina dari Yakub (ayat 3-4)
·     Hemor: Bijaksana sebab dia tidak menolak usul dari anaknya ketika Sikhem igin menikah dengan Dina (ayat 3-4), bakan sikap licik/penipu juga ada pada Hemor, hal itu jelas sewaktu dia berkata kepada rakyatnya bahwa semua kepunyaan Yakub akan menjadi milik mereka semua (ayat 23).
·     Yakub: Karakter dari Yakub yaitu pengecut atau tidak bijaksana sebab sewatu dia mengetahui bahwa Dina, telah diperkosa oleh Sikhem Yakub hanya mendiamkan itu (ayat 5), penakut juga turut menghiasi tokoh Yakub (ayat 30) .
·     Lewi dan Simeon/saudara-saudara Dina: Saudara-saudara dari Dina dalam narasi ini mempunyai watak yang cepat emosi (pemarah ayat 7) , bukan hanya itu mereka juga bertindak dengan kejam yaitu dengan membunuh secara membabi buta seluru laki-laki yang ada di kota Sikhem, dan menjarah seluruhnya. Bukan hanya kejam namun ada kecenderungan sikap mereka ialah egois. Karakte licik/penipu ada dalam kedua karakter ini (ayat 13).
·     Rakyat Sikhem: Penurut hal itu sangat nyata sewatu Hemor dan Sikhem mebujuk mereka (ayat 24).

3.4.  Konflik Atau Kontras.
Konflik dalam narasi ini bermula ketika Sikhem melakukan tindakan pelecehan terhadap seksual terhadap Dina. Secara jelas digambarkan oleh narator dalam narasi ini.  Dalam pemikiran Sikhem tindakannya tidak terlalu bermasalah, namun hal itu masalah untuk Yakub dan sudara-saudara Dina. Konfli mulai berkembang ketiak Sikhem mau bertanggung jawab akan apa yang sudah dia lakukan terhadap Dina. Di mana dia menyuruh ayahnya Hemor untuk pergi melamar Dina.
Pemikiran Sikhem bahwa tindakannya dapat dimaklumi oleh Yakub dan saudara-saudara Dina. Pemikiran dari mereka tindakan itu sama saja melecehkan mereka semua, sehingga membangkitkan  amarah dari kakak-kakanya. Konflik mulai menanjak ke atas dengan tipu muslihat dari  anak-akan Yakub yaitu Simeon dan Lewi. Syarat yang mereka mereka ajukan ialah semua laki-laki yang ada disikhem harus di sunat. Sebeb mereka menganggap bahwa bangsa yang tidak bersunat adalah bangsa yang najis. Syarat itu diajukan kepada Sikhem dan ayahnya supaya diteruskan oleh mereka kepada seluruh laki-laki yang tinggal di Sikhem. Syarat itu langsung diterima atau disetujui sebab mereka berpikir bahwa itu merupakan syarat yang mudah. Namun sebenarnya narator sedang mengajak pembaca untuk menyaksikan suatu peristiwa yang sangat luar biasa. Namun dalam narasi ini secara jelas diuraikan bahwa rencana muslihat dari Simeon dan Lewi berjalan sesuai dengan rencana. Sebagai bukti Sikhem dan Hemor pergi ke pintu gerbang dan mengajak seluruh laki-laki yang tinggal di Sikhem untuk di sunat. Ternyata Hemor dan Sikhem juga mempunyai niat yang tidak baik terhadap keluarga dan rombongan Yakub. Mereka berkata kepada seluruh penduduk Sikhem, kalau mereka mau untuk di sunat, mereka boleh menikahi rombongan yang bersama-sama dengan Yakub sehingga kepunyaan dari Yakub akan menjadi kepunyaan mereka juga. Mendengarkan itu mereka langsung setuju dan mengiyakan syarat tersebut.
Konflik mulai memuncak ketika Simeon dan Lewi membunuh semua laki-laki yang ada di Sikhem. Kenapa sangat muda Simeon dan Lewi membunuh mereka, sebeb mereka berada dalam kesakitan setelah tiga hari mereka melaksanakan sunatan masal terhadap seluruh laki-laki Sikhem. Bukan hanya itu mereka juga menjarah kota dan menjadikan wanita dan anak-anak budak ata mereka, harta kekayan mereka bawa. Itulah puncak dari konflik dalam narasi ini, di mana nila setitik merusak susu sebelanga. Kesalahan dari Sikhem, harus ditanggung dengan seluruh rakyatnya. Pada bagian ini konflik mulai mendingin, dengan Simon dan Lewi kembali kepada ayah mereka membawa Dina kembali. Konflik dalam narasi ini hanya di latar belakang oleh satu sosok yaitu Dina. Dina yang adalah seorang perempuan nomad dilecehkan oleh Sikhem. Hal itu menunjukkan bahwa janganlah memandang rendah perempuan sebab, dengan tindakan yang buruk terhadap mereka sama saja dengan memadamkan api dengan minyak. Hal itulah yang terjadi dalam konflik cerita ini.


3.5.  Setting.
·       Tempat: Narasi ini terjadi di tanah Kanaan, lebih tepatnya di Sikhem, di sebelah timur kota Kanaan (Kejadian 33:18).  Bahkan ada tempat yang selanjutnya yaitu di kemah Yakub (ayat 6), ketika Sikhem dan Hemor pergi untuk meminang Dina. Pintu gerbang juga di kota itu turut menjadi saksi bisu, di mana Sikhem dan Hemor membujuk warga kota itu untuk di sunat (20).
·       Waktu: Waktu berlangsungnya narasi ini ditunjukkan oleh narator dalam ayat 1 .......pada suatu kali pergila Dina, ayat 6 dan 20 ......lalu Hemor ayah Sikehm....,ayat  25 .....pada hari ketiga ketika mereka sedang menderita kesakitan.
·       Suasana: Narator menunjukkan suasana dalam narasi ini cukup beragam, dimulai dengan suasana yang senang, hal itu secara jelas ditunjukkan dalam ayat 1, di mana Dina pergi mengunjungi teman perempuan yang sebaya dengannya di Kanaan/Sikhem. Selanjutnya dari suasana yang senang lanjut dengan suasan yang sedih, hal itu jelas di ayat 2-3 kesedihan Dina sangat dalam ketika keperawanannya sudah direngut oleh Sikhem. Suasan yang panas, penuh dengan emosi turut menghiasi narasi ini seperti dalam ayat 7. Suasana yang mencekam juga turut narator lukiskan lewat narasi ini, seperti pembantaian yang dilakukan oleh Simeon dan Lewi (ayat 25-29).
3.6.  Gaya/ Style.
Dalam narasi ini, ada beberapa hal yang coba ditonjolkan yait mengenahi pemerkosaan. Hal itulah yang menjadi dasar atau tumpuhan dari segala macam masalah dalam narasi ini. Memang kata itu hanya satu kali muncul, namun kemunculannya yang pertama dan yang terakhir sangat menentuhakan akan cerita ini. Narasi ini juga hendak menunjukkan bahwa banyak hal yang tidak dapat diduga oleh orang. Misalnya ketika Sikhem memperkosa Dina dia berpikir bahwa itu hanya merupakan perbuatan biasa, namun sebenranya itu membawa aib bagi banyak orang. Narasi ini juga lebih memperlihatkan percakapan yang secara panjang lebar (tawar menawar) di antara dua pihak. Tawar menawar itu diuraikan dalam narasi ini, supaya ada pemahaman yang mungkin keliru dapat diperbaiki misalnya anggapan bahwa perempaun itu seperti barang yang harus dijaga dan dilindungi bahkan dia hanya diperuntukan untuk orang dalam saja. Dalam narasi ini memberikan kejelasan akan tumpuhan wanita yang sebenarnya yatiu satu kesatuan dengan laki-laki. Sebab kalau itu dilangar dan dilupahkan maka peperanganlah yang akan terjadi. Kata sunat juga turut menghiasi narasi ini. Sunat dijadikan alat atau sebagai tipu muslihat untuk membantai seluruh orang Sikhem. Kalau diperhatikan ada berapa bagian yang selalu diulang-ulang dalam narasi ini, misalnya sewatu sikhem hendak menyuruh ayahnya untuk meminagn Dina. Bahakn yang makna yang selalu diulang ialah janji seperti yang ada dalam14-33.
3.7.  Narator.
Cukup unik narator mengemas narasi ini di awali dengan situasi yang senang dan gembira namun diakhir dengan suasna yang mencekam dan penuh kekecewaan. Melalui kedua pintu ini yaitu pintu masuk dan pintu keluar narator menguraikan cerita ini. Secara sengaja narator memberikan kesempatan bagi Dina, untuk berjalan-jalan di tanah Kanaan atau di daerah Sikhem. Berdasarkan penejelasan dari narator Dina itu keluar dari kemahnya untuk pergi bergaul dengan perempuan yang sebaya dengan dia. Dari sini narator mengiring secara cepat, para pembaca akan kemalangan dari Dina. Tidak dijelaskan oleh narator di mana Sikhem melihat Dina, namun yang pasti ialah tindakan asusila yang Sikhem lakukan terhadap Dina. Ketika Dina keluar dari kemah ibu dan ayahnya dia tidak mengetahui nasib yang menanti dia di depan. Namun itulah kenyataannya keperawanan dan kehormatannya direngut oleh Sikhem. Secara mengejutkan narator menunjukkan bahwa ada sikap yang baik diperlihatkan oleh Sikhem yaitu dia menenangkan Dina, yang secara tersirat digambarkan oleh narator Dina merontak atas apa yang dia alami. Dari peristiwa ini, para pembaca sementara digiring oleh narator akan suatu masalah besar, yang nantinya akan dialami oleh Sikhem dan rakyatnya. Namun narator cepat mengambil alih, dia mencoba meluluhkan suasana dengan perkataan Sikhem kepada ayahnya untuk pergi melamar Dina.
Narator tidak mengizinkan Yakub untuk merespon secara berlebihan akan hal ini, respon yang ada hanyalah diam. Dengan respon ini para pembaca, coba narator antar kepada kekecewaan bahwa apakah hanya itu respon yang ditunjukkan oleh seorang ayah, terhadap anaknya yang sudah dipermalukan oleh Sikhem. Bahkan peran dari Lea ibu Dina tidak mau diekspos oleh narator, narator sama sekali tidak memberikan atau menunjukkan respon dari Lea. Tokoh Lea disimpan rapat-rapat oleh narator. Tindakan pemerkosaan ini dianggap oleh Sikhem dan Hemor hanyalah peristiwa yang biasa, namun bagi saudara-saudara Dina ini adalah aib atau penghinaan bagi mereka. Hal ini dikemas oleh narator cukup menarik sebab, para pembaca akan menduga-duga akhir dari cerita ini. Namun yang menjadi perhatian dari narasi ini ialah tipu musliah dari simeon dan Lewi. Para pembaca dibuat penasaran onel narator akan maksud dari penyunatan yang menjadi syarat atas keberlangsungan hubungan Dina dan Sikhem. Secara tersirat narator memberikan tanda bahwa Yakub dan saudara-saudara Dina tidak menyukai penikahan campur. Namun itu dikemas oleh narator lewat kata-kata yang tidak terlalu jelas, memuat makna itu. Para pembaca dibuat kaget dengan keputusan Hemor dan Sikhem dalam mengiyakan syarat tersebut, dalam pikiran mereka itu adalah syarat yang mudah., namun dibalik itu ada keburukan yang menanti.
Narator memilih tempat yaitu pintu gerbang untuk Sikhem dan Hemor menyampaikan syarat dari keluarga Yakub. Secara mengagetkan ternyata Hemor dan Sikhem juga mempunyai rencan yang buruk bahwa ketika terjadi pernikahan campur maka, kekayaan dari Yakub akan mereka kuasai. Memanglah jahat dan curang, namun mereka tidak menyadari bahwa anak-anak Yakub juga sudah mempunyai rencan. Secara mengejutkan narator menggambarkan seluruh rakyat Sikhem mengiyakan hal tersebut, maka disunantlah mereka. Tanpa disangka-sangak pada hari yang ketiga, narator mulai menguraikan cerita tipu muslihat dari Simeon dan Lewi, yaitu pembantaian atas seluruh rakyat Sikhem. Para pembaca dibuat kaget akan hal tersebut, namun itulah kenyataan yang ditunjukkan oleh narator kepada para pembaca. Narator melukiskan pembantaian yang mereka lakukan secara besar-besaran. Sebab menurut penuturan dari narator semua laki-laki rakyat Sikhem tidak berdaya karena mereka kesakitan karena disunat. Secara cepat naraor berpindah lokasi yaitu di kemah Yakub, narator lebih memperkaya suasan dalam narasi ini, dengan suasan ketakutan yang dirasakan oleh Yakub. Ketakutan yang dirasakan oleh Yakub cukup wajar, sebab dia takut kalau seluruh daerah tetangga dari orang Hewi bersatu maka, mereka bukanlah tandingan. Namun dalam bagian penutu ada pembelaan yang dilakukan oleh Simeon dan Lewi yaitu mereka membelah adik mereka Dina, di mana mereka tidak ingin melihat dina diperlakukan seperti wanita sundal. Ini merupakan bagian akhir yang narator utarakan dalam narasi ini, narator serasa pelit akan informasi dalam narasi ini, narator juga suka menyimpan Dina dan Lea, di mana kedua tokoh inilah yang bisa menjadi tokoh pendamai dalam narasi ini.
3.7 Seni Dalam Kata-Kata.
Ada beberapa kata yang dalam narasi ini, mempunyai makna dan kunci dalam menjelaskan setiap peristiwa yang ada dalam cerita ini. Kata-kata itu ialah pemerkosaan, kata itu memberikan indikas bahwa dari tindakan inilah konfli dalam narasi ini bertumpuh. Bahkan dari kata itu memberikan makan bahwa tindakan ketidak adilan kepada seseorang, akan membawa mala petaka dalam kehidupan pribadi bahkan kelompok. Kata sunat dalam narasi ini duganakan hanyala sebagai alat untuk, memanipulasi keadaan atau sebagai jalan untuk melampiaskan dendam. Mahar dalam narasi ini juga turut memberikan makna, bahwa mereka menganggap bahwa perempuan bagaikan barang, yang kalau ingin memiliki mereka harus dibeli. Melalui cerita ini memberikan pemahaman bahwa sterotip yang melekat bukanah membawa syalom melainkan membawa permasalahan yang kait mengait. Kata sunat memberikan pemahaman bahwa keluarga Yakub tidak mengingini terjadi pernikahan campur. Permintaan sunat itu sebenarnya mempunyai makna penolakan yang secara halus.
3.8 Seni Dalam Tindakan.
Seni  dalam tindakan yang muncul dalam narasi ini ialah pararel (kesejajaran), narasi ini sejajar dengan kisah Amnon dan Tamar II Samuel 13:1-22. Kedua narasi ini ada kemiripan namun ada juga perbedaan. Kesamaan dalam kedua narasi ini ialah Amnon memperkosa Tamar, dalam narasi ini Sikhem memperkosa Dina. Perbedaan dari kedua narasi ini Amnon tidak mau bertanggung jawab, sedangkan Sikhem mau bertanggung jawab. Setelah kesejajaran ada juga pengulangan misalnya dalam ayat 13 Simeon dan Lewi menipu Sikhem dan Hemor, hal itu sama ketika Yakub menipu Esau pasal 27, Yakub menipu laban pasal 31, anak-anak Yakub menipu ayah mereka dengan mengatakan bahwa Yusuf sudah mati pasal 37:12-36.
3.9 Seni dalam Dialog.
Seni dalam dialog banyak kali narator tunjukkan, namun kadang juga narator berdiam diri saja. Namun dalam narasi ini narator banyak mencantumkan dialog misalnya pembicaraan Sikhem, Hemor , Yakub dan saudara-saudara Dina dalam peroses melamar Dina, banyak hal yang menghiasi narasi ini dalam bentuk dialog diantaranya tawar menawar, tipu menipu dan kata-kata yang bernada keras, turut mewarnai bagian narasi ini. Seluruh tokoh diberikan kesempatan oleh narator untuk mengutarakan tujuan tokoh itu ada dalam narasi ini. Namun juga seringkali narator menyimpan tokoh mana yang hendak dia simpan, bahkan ada kesempatan juga ketika narator secara sengaja tidak memberikan kesempatan tokoh tersebut untuk beraksi baik dalam tindakan dan kata-kata.
3.10 Seni Dalam Tindakan.
Tindakan yang nyata dalam bagian ini ialah hal yang tidak diduga-duga. Misalnya tindakan pemerkosaan yang dilakukan oleh sikhem terhadap Dina, dianggapnya sebagai peristiwa yang biasa-biasa saja sebab, Dina akan dilamarnya dan akan menajdi istrinya. Sikhem tidak menyadari bahwa tindakannya merupakan kesalahn besar, karena dia bukan saja mencemari Dina, tapi juga mencemari seluruh rombongan yang bersama-sama dengan Yakub. Bahkan tanpa diduga-duga syarat yang diajukan oleh saudara-saudara Dina yaitu sunat, hanya merupakan alasan dalam merealisasikan balas dendam mereka. Selanjutnya juga Hemor dan Sikhem ingin menipu juga Yakub dan keluarganya ayat 23, namun tanpa diduga, pada saat itu mereka telah masuk perangkap dari Simeon dan Lewi.
3.11 Pesan.
Dalam narasi ini banyak memberikan pesan bahwa, lihatlah perempuan scara holistik bukan sepengal-sepengal atau ada sterotip yang melekat kepada wanita, di mana sterotip itu membawa ketimpangan dalam interaksi sosial. Hal itu perlu untuk diperbaiki dengan menerima perempuan apa adanya, sikap laki-laki yang menghargai perempuan perupakan perwujudan dari amanat Tuhan, yaitu bermitra dengan mereka sebeb perempuan adalah penolong yang sepadan terhadap laki-laki. Tuhan menempatkan perempuan bukan untuk dijadikan barang yang harus dijaga dan hanya disimpan untuk kalangan terbatas. Tindakan ini merupakan kekerasan secara non fisik, apapun alasannya ini adalah tindakan yang merugikan kaum perempuan. Para laki-laki harus selalu diberikan penyadarn bahwa tindakan kekerasan baik fisik dan non fisik terhadap perempuan merupakan kejahatan dan pelecehan kepada Maha Pencipta. Sebab dalam Kejadian 1:27 laki-laki dan perempuan diciptakan oleh satu tangan yaitu Tuhan Allah, hasil buatan tangan Tuhan diberikan penilaian ....... Allah melihat segala yang dijadika-Nya sungguh amat baik. Dari pernyataan itu memberikan penegasan bahwa tidak ada alasan dari manusia untuk mebeda-bedahkan ini prodak domestik dan ini prodak publik, semua sama di mata Tuhan. Kalau terjadi pelecehan seksual itu sama saja dengan melecehkan Tuhan sendiri. sebab, manusia adalah  gambar dan rupa Allah baik dalam bentuk Fisik maupun dalam tindakan. Narasi ini memberikan makan bahwa jangalah menjadikan perempuan sebagai objek saja, namun marilah kita angkat nasib perempuan, bukan untuk lebih tinggi dari laki-laki melainkan mengangkat mereka dari pergumulan mereka (ikatan-ikatan tradisional, sterotip-sterotip yang negatif dan keimpangan-ketimpangan dalam syarakat). Supaya ada keharmonisasian yang terjadi, bagaikan piano yang terdiri dari hitam dan putih walaupun berbeda secara nyata, namun kalau dimainkan secara baik dan tepat melahirkan nada-nada yang indah. Hal demikianlah yang hendak digumuli dalam bagian ini. Hal yang jelas ialah jangalah melecehkan pihak yang lemah dan tidan berdaya, sebab suatu saat nanti akan ada pertanggung jawaban yang harus dibayarkan atas tindakan itu, sebab barang siapa menabur angin akan menuai badai.
Daftar Pustaka
               Bakker F.L, Sejarah Kerajaan Allah I Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Blommendaal J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
King Philip J, Stager Lawrence E. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Lembaga Alkitab Indonesia, Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama. Kanesius: Yogyakarta, 2002.
Lempp Walter, Tafsiran Alkitab Kejadian 12:4-25:18. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Lasor W.S, Hubbard D.A, Bush F.W. Pengantar Perjanjian Lama 1 (Taurat dan Sejarah). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Retnowati, Perempuan-Perempuan Dalam Alkitab Peran, Partisipasi Dan Perjuangannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Timo Eben Nuban, Hagar dan Putri-Putrinya “Perempuan-Perempuan Tertindas Dalam Alkitab”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Tafsiran Alkitab Masa Kini I Kejadian–Ester. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2010.
Referensi
LAI. Alkitab. Jakarta: LAI, 2010.
LAI. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: LAI, 2011.
LAI. Alkitab Kabar Baik Dalam Bahasa Indonesia Sahari-Hari. Jakarta: LAI, 1986.
Suharso, Retnoningsih Ana. Kamus Besar Bahasa Indoneis Edisi Lux. Semarang: CV. Widya Karya, 2009.
Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L. Jakarta: YKBK, 2007.
Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z. Jakarta: YKBK, 2007.






[1] Bdk dengan Kejadian 33:19.
[2] Bdk dengan Alkitab BIS Kejadian 34:7.
[3] Bdk dengan Kejadian 29:31-35 dan 30:19-21.
[4] Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hal 186.
[5] Bdk dengan Kejadian 28:43.
[6] Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hal 376.

[7] Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hal. 376.

[8] Eben Nuban Timo, Hagar dan Putri-Putrinya “Perempuan Tertindas Dalam Alkitab”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hal 50-59
[9] Eben Nuban Timo, Hagar dan Putri-Putrinya “Perempuan Tertindas Dalam Alkitab”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hal 50.
[10] Bdk dengan buku Retnowati, Perempuan-Perempuan Dalam Alkitab Peran, Partisipasi Dan Perjuangannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Hal  63 dan 69.
[11] Bdk dengan Kejadian 29:1-12.
[12] Bdk dengan Ulangan 7:1.
[13] Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hal 384.
[14] Philip J. King, Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Hal 68.
[15] Lihat Kejadian 41 :45.
[16] Philip J. King, Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Hal 61.
[17] Philip J. King, Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Hal 49.
[18] Philip J. King, Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Hal 267.
[19]  F. L. Bekker, Sejarah Kerajaan Allah I Perjanjian Lama. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996. Hal 200.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar