Nama :
Arke Steward Maindoka.
Nim :
201041047.
Dosen :
Pdt. Dr. S. E. Abram.
Mata
Kuliah: Eksegese Naratif Perjanjian Lama.
1. Membaca
Cermat Kejadian 34:1-31.
2. Mengenal
Perikop Secara Keseluruhan.
Narasi
Dina dan Sikhem, berada dalam iring-iringan cerita Yakub dan anak-anaknya
ketika mereka hidup sebagai kelompok masyarakat yang nomaden. Kejadian 34:1-31 adalah suatu rangkaian cerita dari anak
Yakub, yaitu Dina. Dina (hn"yDI)
mempunyai arti penghakiman atau dihakimi. Dina adalah anak Yakub dari Lea,
kalau mau dilihat dari rangkaian cerita yang terdapat dalam, Kejadian
29:31-30:24, maka Dina adalah kakak dari Yusuf dan Benyamin. Namun mereka
berbedah ibu, kalau Yusuf dan Benyamin ibu mereka Rahel sedangkan Dina ibunya
adalah Lea. Dalam Kejadian 29:31-30:24 sudah ada diskriminasi yang dilakukan
oleh laki-laki terhadap perempuan. Kalau kita membaca secara cermat, ketika
anak-anak laki-laki lahir, narator langsung memberikan komentar, dari nama yang
diberikan misalnya....berkatalah ia:
Allah telah menghapus aibku. Maka ia menamai anak itu Yusuf. Namun setelah
tiba giliran dari Dina, tidak diketahui kenapa narator tidak memberikan
komentar. Namun secara mengejutkan dalam rangkaian cerita Yakub, ada pasal yang
menguraikan nasib dari Dina anak perempuan Yakub. Tapi perlu digaris bawahi,
cerita itu pun tidak bernada baik. Narator mengulas cerita itu dalam Kejadian
34:1-31. Dalam narasi itu Dina diperkosa atau dilecehkan oleh Sikhem anak Hemor
orang Hewi. Kehidupan dari Dina kalau mau diibaratkan bagaikan bunga yang baru
saja berkembang, namun pada saat itu juga harus terpetik dan layu.
Namun
apa yang dilakukan oleh Sikhem terhadap Dina, membawa bencana bagi semua orang
yang tinggal di tempat itu. Sikhem bagaikan pepatah menabur angin menuai badai. Hawa nafsu dari Sikhem, telah
membutakan mata hatinya. Sikhem telah terhipnotis dengan kecantikan dari orang nomaden
yaitu Dina. Ujung dari tindakan
pemerkosaan atau pelecehan dari Sikhem terhadap Dina, harus ditanggung oleh
seluruh rakyatnya yang tidak berdosa. Dalam narasi itu diceritakan bahwa dalam
perjalanan Yakub berserta rombongan, dari Padan- Aram. Mereka sampai di daerah
Kanaan yaitu Sikhem, Yakub beserta rombongan mempunyai rencana untuk menetap di
situ.[1]
Namun apa yang terjadi nasib sial menghinggapi anak perempaunnya, yaitu Dina,
di mana Dina mengalami pelecehan seksual (pemerkosaan). Secara tidak langsung
Sikhem telah melakukan kekerasan fisik terhadap Dina, bahkan dia telah merampas
secara paksa harta yang dimiliki oleh Dina. Harta itu ialah keperawanan. Setelah
diketahui oleh kakak-kakaknya mereka marah (ayat 7). Sebab mereka mempunyai
pemahaman, jika salah satu dari mereka dilecehkan, maka orang tersebut sama
saja melechkan semua dari mereka. Hal inilah yang berlaku dalam narasi ini.[2]
Sikhem menyuruh ayahnya untuk pergi melamar Dina, dengan segala macam tawaran,
diberikan kepada Yakub. Namun apa yang terjadi kesempatan ini dipergunakan oleh
anak-anak Yakub untuk menuntu balas terhadap Sikhem. Syarat yang mereka ajukan
tidaklah susah, sebaba mereka hanya meminta bahwa semua laki-laki harus di
sunat. Hal itu tidak dianggap sukar oleh Sikhem dan ayahnya. Singkat cerita
mereka langsung kembali ke tempat mereka dan melaksanakan tuntutan dari
anak-anak Yakub.
Setelah
tiga hari, seluruh laki-laki di Sikhem telah merasakan kesakitan. Pada saat
itulah kedua anak Yakub yaitu Simon dan Lewi, melakukan pembantaian secara
besar-besaran terhadap rakyat Sikhem. Tidak dapat dipungkiri kenapa Simon dan
Lewi cepat bereaksi sebab, Simon dan Lewi adalah kakak kandung dari Dina, sebab
mereka dilahirkan dari ibu yang sama yaitu Lea.[3]
Namun bukan hanya membunuh, namun mereka menjarah seluru isi kota itu. Namun
hal itu tidak disetujui oleh Yakub (ayat 30). Berdasarkan dari narasi ini,
perlu digarsi bawahi bahwa perempuan bukanlah makhluk yang lemah dan selalu
dinomor duakan. Sebab bagi perempuan ditengah-tengah kelemahan mereka ada
kekuatan yang mereka miliki yaitu keluarga (ayat 31). Sebenarnya Sikhem harus
cepat sadar, akan tindakan keliru yang dia lakukan. Sikhem mungkin berpikir
bahwa perempuan diibaratkan seperti baju, kalau cocok digunakan/dipakai, namun
kalau tidak cocok dapat dilepaskan dan diganti dengan yang baru. Ada
kecenderungan pemikiran dari Sikhem bahwa perempuan bagaikan barang, yang kalau
hendak mau dibeli harus dicobe terlebih dahulu. Sikhem seolah tidak memikirkan
akan keberadaan dari Dina, dia tidak bertanya kepada Dina, apakah dia setuju
atau tidak? Namun dia hanya bertanya kepada Yakub dan anak-anaknya (kakak-kakak
Dina). Dia menganggap Dina bagaikan barang, yang kalau dia sukai maka harus
diminta kepada pemiliknya, sekalipun harus membayarnya (ayat 9:11). Ketika
ketimpangan yang terjadi maka, hasilnya pun menjadi pembuktian yaitu kehancuran
dan kematian.
Bagian
inilah yang membuat penulis menjadi tertarik untuk meneliti narasi ini, selain
dari alasan di atas. Ada hal yang menarik yang penulis dapatkan yaitu “jangan
sekali-kali melakukan kejahatan kepada perempuan sebab akhirnya hanya akan
melahirkan kesengsaraan”. Hal itu terbukti dalam narasi ini.
3.
Komponen-komponen Dan Seni Narasi Dina dan Sikhem.
3.1. Struktur.
Dalam
memahami narasi Dina dan Sikhem (Kejadian 1:1-16), ada tiga bagian yang perlu
diperhatikan dalam struktur narasi yaitu:
· Pendahuluan.
Pendahuluan
dalam narasi ini terbentang dari ayat 1-5, bagian ini diuraikan oleh narator
secara jelas. Dari bagian ini dapat dijadikan tumpuhan atau pengantar dari
konflik yang akan terjadi. Cerita ini bermula ketika Yakub beserta rombongan
yang dari Padan-Aram, berencana akan menetap di wilayah Kanaan tepatnya di Sikhem.
Padan-Aram adalah suatu dataran yang ada dipertengahan sungai Habur dan sungai
Efrat, daerah-daerah Padan-Aram ialah Haran dan Mari.[4]
Kenapa dalam cerita dikatakan Yakub dan rombongan datang dari Padan-Aram,
alasannya ialah ketika Yakub dan Esau bermasalah. Yakub lari menyingkir ke
Haran.[5] Di
sana Yakub mendapatkan 2 Istri yaitu Rahel dan Lea. Setelah berdamai dengan
Esau (Kejadian 33), dia terus berjalan ke selatan hingga sampailah dia di
daerah tanah Kanaan, lebih tepatnya di daerah Sikhem. Rupanya rombongan Yakub
mendapat sambutan yang baik dari daerah setempat yaitu Raja Hemor. Hemor (rAmàx]) kata ini
mempunyai arti “Keledai”.[6]
Hal itu terbukti dengan terjadinya jual beli tanah antara anak-anak Hemor (rAmàx]-ynE)B. “!Be kata benda maskulin
jamak konstruk rAmx] kata nama ” ) dan Yakub sendiri. secara harafia diartikan sebagai
anak-anak Hemor, namun dari kata-kata itu menunjuk kepada penduduk yang ada dan
tinggal di situ.[7]
Hal itu menunjukkan bahwa ada keinginan dari Yakub untuk tinggal lama di Kanaan
(Sikhem), namun sepertinya tidak demikian kalau mencermati alur dari cerita
ini. Narator menceritakan tentang Dina. Dina
(hn"yDI)
mempunyai arti “Penghakiman” atau “dihakimi”. Kalau dicermati kedua kata itu
ialah kata kerja dan kata benda. Dina di Israel namanya anonim.[8]
Kenapa Dina ditulis anonim sebab sewaktu kelahiran kakak-kakanya dalam Kejadian
29:31-30:24, narator memberikan komentar lewat Rahel dan Lea. Ketika tiba
giliran dari Dina, tidak ada komentar yang diucapka. Seolah-olah kebisuhanlah
yang mengiring kelahiran dari anak ini (Dina).
Cerita ini
dimulai ketika Dina keluar dari kemah, tempat dia tinggal dengan ibu, ayah dan
saudara-saudaranya. Ketika Dina Keluar dia pergi mengunjungi
perempuan-perempuan atau teman-teman wanita yang sebaya dengan dia. Dalam
cerita tidak diceritakan atau diulas tentang usia dari Dina. Ayat 1 (satu) dalam cerita ini, mempunyai makna
yang sangat dalam, sebab dibalik cerita itu ada hal yang hendak
disampaikan. Ketika Dina bisa merasakan
kebebasan, Dina merasa senang. sebab sebelumnya, Dina hanya tinggal di dalam
kemah, wajib untuk melayani saudara-saudara dan mengerjakan pekerjaan rumah
tangga. Ada pemahaman saat itu bahwa kodrat dari perempuan ialah menyiapkan
makanan dan merawat orang tua.[9]
Secara tidak langsung ada sterotip yang melekat saat itu perempuan harus
mengerjakan pekerjaan domestik sedangkan, laki-laki harus mengerjakan publik
misalnya menjaga ternak dipadang dan berkebun.[10]
Itulah tradisi yang sangat kental dalam cerita ini, namun hal itu tidak
sepenuhnya berlaku. Sebab sebelum Rahel dan Lea bertemu dengan Yakub mereka
juga mengerjakan pekerjaan Publik yaitu mengembalakan ternak Laban ayah mereka.[11] Pemikiran
saat itu perempuan bagaikan barang yang harus disimpan, dijaga dan dilindungi
agar tidak dicuri oleh orang. Tidak dujelaskan oleh narator alasan Dina keluar
dari kemah. Mungkin satu alasan bahwa Dina adalah orang baru di daerah Sikhem,
sehingga di tengah-tengah kesendirian dan kesepiannya, Dina pergi mencari teman.
Namun apa yang terjadi untung tak bisa ditolak, malang tak bisa diraih. Dina dilihat oleh Sikhem (~k,óv. arti dari kata ini ialah pundak ). Sikhem adalah anak
raja, yang mepunyai ras dari orang Hewi (yWIßxih;¥ h; awalan penentu yWIxi kata nama ). Hewi adalah salah satu di antara 7 daerah
Kanaan yaitu Kanaan, Yebus, Feris, Gergasi, Amori, Arki dan Hewi, ketujuh suku
inilah yang menjadi penduduk asli tanah Kanaan.[12]
Secara Khusus Hewi terletak, disekitar tanah Libanon dan pegunungan Hermon.[13]
Secara
singat dalam cerita itu, Dina dilarikan oleh Sikhem dan diperkosanya. Perlu
untuk diketahui kata yang dipakai oleh narator untuk menjelasakan tindakan
Sikhem yaitu xQ:ïYIw: bK;îv.YIw: (w> awalan
penghungng, xql kata kerja qal
dengan waw consecutif imperfek orang ketiga maskulin tunggal. w> awalan penghubung bkv kata kerja qal
dengan waw consecutif imperfek orang 3 maskulin tunggal)
secara harafia
kata itu berarti “ia telah mengambil,
membawa dan ia telah membaringakan”. Itulah arti harafia dari kata tersebut.
Walaupun kasus dalam kata ini imperfek yang menandakan bahwa pekerjaan itu
belum selesai, namun karena menggunakan waw konsekutif maka kasus ini berubah
atau terjadi penukaran dengan perfek. Perlu diperhatika kata bkv kalau diartikan secara harafia artinya lebih halus dengan kata
“memperkosa”. Secara kebetulan juga kata itu dipakai oleh narator dalam II
Samuel 13:14, dalam kisah Amnon dan Tamar. Dari situ dapat disimpulkan kata
membarngkan setara dengan kata memperkosa.
Dalam bagian ini
ada ketimpangan yang coba diuraiakan oleh narator dalam cerita itu. Sikhem
menganggap Dina seperti barang, sehingga tanpa penjelasan dari Dina, dia
langsung melarikannya. Hal itu berangkat juga dari pemahaman saat itu, yang
menempatkan perempuan seperti barang yang harus dijaga, dilindung dan disimpan
di dalam kemah. Lewat peristiwa ini
narator semetara mempersiapkan para pembaca untuk, menuju konflik atau kontras.
Memang ini terkesan biasa namun sesungguhnya peristiwa yang luar biasa
sementara menanti di babak yang selanjutnya dalam rangkaian adegan cerita ini.
Ayat 3 seolah ada nuansa romantis yang mengalir di sana sebab, dalam cerita itu
hati Sikhem terpaut kepada Dina. Namun
secara tersirat narator melukiskan bahwa sebenarnya Dina merontak kepada Sikehm
atas tindakannya kepada dia. Dina merontak bukan tanpa alasan, sebab dia khwatir
dengan nasibnya. Sebab dia telah melakukan kecemaran. Apa lagi yang melakukan
itu ialah orang asing atau bangsa kafir.
Dalam cerita itu
narator mengajak pembaca untuk berempati kepada Dina, sebab dia takut respon
yang akan ditunjukkan oleh ayah dan saudara-saudaranya, atas nasib yang menimpa
dia. Dian tahu benar tradisi yang ada di dalam keluarganya, yaitu mereka
menentang perkawinan campur. Sebab kalau diperhatiakan tardisi mereka bahwa
kalau terjadi pemerkosaan maka sang pria wajib memberikan 50 syikal perak
kepada ayah gadis itu dan gadis itu harus menjadi istrinya seumur hidupnya,
sang pria/suami tidak boleh menyuruh istrinya pergi.[14]
Hal inilah yang akan dilakukan oleh Hemor atas permintaan Sikhem yaitu melamar
Dina. Namun apa yang terjadi kepada Yakub, setelah mendengar kejadian itu,
yakub malah mendiamkannya. Namun dalam terjemahan BIS narator melukiskan respon
dari Yakub agak berbeda yaitu, ........ia
tidap dapat mengambil tindakan apa pun sebelum mereka pulang. Respon dari
Yakub ini mempunyai arti bahwa mungkin dia takut atau sebagainya sebab mereka
adalah orang baru di tempat itu. Dalam bagian ini nasib dari Dina sangat memperihatinkan
di samping dia anggap seperti barang dia, juga kerap kali banyak mendapat
tindakan ketidak adilan, dari ayahnya dan saudara-saudaranya. Misalnya kalau
mengacu terhadap tradisi di atas, maka sebenarnya Dina dan Sikhem boleh
menikah. namun ada satu lagi tembok yang menghalangi hal itu ialah,
komunitasnya sangat anti terhadap pernikahan campur. Hal itulah yang mungkin menjadi
beban perasaan kepada Dina. Namun hal itu tidak terjadi kepada Yusuf anak
Yakub, seolah-olah ada pengecualian terhadap kasus ini. Diceritakan bahwa Yusuf
menikah dengan seorang anak Imam di On.[15]
Dari sini cerita itu mengambarkan akan, nasib Dina yang sudah jatuh malah
tertimpah dengan tangga. Namun itulah kenyataan dan jalan dari Dina yang harus
dia tempuh. Dalam bagian-bagian yang terakhir narator sudah mulai menyalakan
api konflik dalam cerita ini, narator seolah memberikan celah bagi pembaca untuk
menduga-duga kelangsungan cerita dari pemerkosaan yang dialami oleh Dina.
· Perkembangan.
Setelah menjelasakan latar belakang timbulnya masalah
atau konflik dalam cerita ini, narator mengajak para pembaca untuk menyelami
puncak dari cerita tentang Dina. Secara panjang lebar narator menguraikan
konflik yang ada dalam cerita ini. Konflik terurai dari ayat 6-29. Kata lalu
yang dipakai oleh narator hendak menunjukkan waktu, di mana waktu yang
ditunjukkan hanya relatif pendek. Maksudnya ketika peristiwa itu terjadi Hemor
ayah Sikhem langsung datang kepada Yakub di kemahnya, hendak meminang Dina.
Dalam bagian ini narator dalam cerita ini banyak memainkan kata-kata yang
bermakna waktu seperti dengan kata yang ada di ayat 7 yaitu “sementara”. Cerita
diatur sedemikian rupa sehingga ketika Hemor, Sikhem serta Yakub. Sangat
mungkin pembicaraan itu berlangsung pada sore hari menjelang malam, sebab dalam
cerita dikatakan bahwa......anak-anak
Yakub pulang dari padang. Kebiasaan saat itu gembala selesai menggembalakan
ternak mereka pada sore menjelang malam. Namun karena anak Yakub adan banyak
mereka secara bergilir menggembalakan ternak ayah mereka. Mungkin juga anak
Yakub yang mengetahui kejadian ini ialan Simon dan Lewi. Sebab mereka berdua
adalah yang paling emosi dan marah, dalam menanggapi kasus ini, di samping juga
Dina adalah adik mereka dari ibu yang sama yaitu Lea.
Dalam cerita atau narasi ini Hemor hendak melamar dan
memberikan penawaran kepada keluarga Yakub. Hemor sama sekai tidak mengetahui
bahwa pada saat itu, Yakub dan keluarga mereka sangat anti terhadap pernikahan
campur. Namun dalam cerita ini hal itu tidak terlalu diekspos oleh narator
dalam cerita ini. Banyak hal yang Hemor tawarkan kepada Yakub, bukan hanya
pernikahan campur namun kebebasan untuk tinggal di tanah itu. Ini merupakan
tawaran yang sangat mengiurkan, apabila tawaran ini ditujukan kepada orang nomad. Mungkin tawaran itu masih belum
dapat meyakinkan Yakub dan keluarganya. Sikehm langsung angkat bicara dengan
bermohon kepada mereka, permohonan dari Sikhem hendak memberikan penegasan
bahwa cintanya kepada Dina sangatlah sungguh dan bertanggung jawab. Walaupun
perlu di sadari bahwa Sikhem telah melakukan kesalahan. Mungkin Sikhem tindakan
pemerkosaan itu hanyalah tindakan yang sepelah menurut tradisi dari bangsa dan
budayanya, namun hal itu menurut tradisi keluarga Yakub dan nenek moyang mereka
itu merupakan kecemaran bagi seluru komunitas mereka (Kejadian 34:7). Sikhem
juga mungkin mengetahui tradisi dari mereka, sehingga kalau Sikhem mau melamar
Dian secara baik-baik pasti hal itu tidak akan dilususkan oleh Yakub dan
saudara-saudaranya. Sterotip yang menganggap perempuan sebagai barang bukan
hanya melekat pada keluaraga Yakub tapi, hal itu juga melekat kepada bangsa
Kanaan. Hal itu sangat nyata dalam perkataan Sikhem dalam ayat 11-12. Memang
dalam sejarah Alkitab perempuan selalu dianggap sebagai objek dan barang. Sebab
perkataan Sikhem kepada Yakub seolah-olah dia akan membeli Dina. Sikhem
berjanji akan memberikan mahar . mahar bias berbentuk uang atau barang
yang harsu dibayar oleh calon suami kepada ayah pengantin perempaun, mahar
dianggap sebagai ganti rugi bagi hilangnya anak perempuan.[16]
Sangat memperihantinkan nasib dari perempaun saat itu, karena suaminya membayar
mahar kepada ayahnya. Maka ada kecenderungan bahwa wanita itu diperlakukan
sesuai dengan kehendak dari laki-laki itu. Hal itu menyebabkan perempaun/istri
harus tunduk kepada laki-laki, atau dia sendiri tidak mempunyai daya atao
otoritas bagi dirinya sendiri. Dari narasi itu, sangat jelas bahwa Sikhem
sangat ingin memiliki Dina, untuk berada di sisinya.
Namun niat baik dari Hemor dan Sikhem tidak disambut
dengan respon yang baik juga. Respon dari Simon dan Lewi bukan tanpa alasan,
sebab mereka dendam kepada Sikhem atas kelaluannya kepada Dina. Sehingga mereka
mengajukan suatu syarat yang harus dijalani oleh Sikhem dan ayahnya. Ternyata syarat
itu hanya berupa jebakan, dalam cerita itu narator mengunakan kata “hm'Þr>miB.” (B. kata depan, hm'r>mi kata benda feminim tunggal absolut), secara harafia berari “dengan tipu, bohong, tipuan”.
Syarat dari Simon dan Lewi memang tidak terkesan untuk menipuh, sebab syarat
yang dimasukan ialah suatu tradisi dari mereka, yaitu sunat. Memalui tindakan
ini para pembaca akan dipersiapakn oleh narator akan suatu kondisi yang sanagt
buruk yaitu pembantaian secara besar-besaran penduduk Sikhem. Syarat yang diajukan
cukup masuk akal sebab bagi mereka sunat adalah perjanjian keakraban antara
TUHAN dan hambanya (Kejadian 17:10-14) kalau diurakan sunat meruapak lambang
dari manusa dan Tuhan yang telah membuat perjanjian (tyrIB. Kata benda feminim tunggal tor'k' Kata kerja qal
artinya memoton, kalau kedua kata ini ditemukan secara berturut-turut maka kata
itu bukan diartikan secara literer, melainkan artinya ialah membuat perjanjian).[17] Dari
kata itu secara tersirat menggambarkan bahwa bangsa dari Sikhem adalah bangsa
yang najis atau kafir karena tidak bersunat, syarat itu langsung mereka
sanggup, sebab Sikhem telah dibutahkan oleh cintanya kepada Dina. Hemor tidak
mengetahui akal bulus dari kedua anak Yakub ini, Yakub tidak bersuara sebab dia
berpikir bahwa maksud dari kedua anaknya ialah baik yaitu tetap memlihara
tradisi dari nenek moyang mereka.
Narator secara cepat-cepat beralih dari adegan yang satu
dengan adegan yang lain, sangat mungkin bahwa hati Sikhem sangat senang sebab
cintanya kepada Dina akan menjadi kenyataan, lewat pernikahannya dengan Dina.
Sangat mungkin ketika Dina telah diperkosanya, Dina dibawanya ke rumah mereka
(ayat 26). Tanpa berlama-lama Sikhem dan ayahnya langsung pergi ke pintu
gerbang kota Sikhem. Pintu gerbang adalah tempat yang strategis untuk
menyampaikan pengumuman sebab di pintu gerbang adalah tempat berkumpulnya
masyarakat umum dan juga pusat dari bisnis perdagangaan dan jantung interaksi
semua lapisan masyaraka, bahkan ada sebuah tradisi bahwa dipintu gerbanglah
diputuskan suatu peristiwa atau bermufakat, perundingan.[18] Singkat cerita Hemor dan anaknya mengutarakan
maksud mereka kepada seluruh rakyat Sikhem, dalam artian mereka hendak membujuk
mereka supaya mereka di sunat sama seperti keluarga Yakub. Secara tidak
langsung Hemor ingin memanfaatkan rakyatnya, demi kepentingan pribadi anaknya.
Segala bujukan diajukan mereka berdua kepada mereka. Lagi-lagi perempuanlah
yang menjadi objek yang ditawarkan kepada mereka. Hemor juga ketika mengiyakan
syarat dari saudara-saudara Dina memupnyai niat yang buruk seperi yang diuraikan
oleh narator dalam ayat 23. Seluruh rakyat terasa terhipnotis dengan tawaran
Hemor dan Sikhem yang sangat mengiurkan. Pada hari itu juga semua laki-laki
yang ada dikota itu disunat tidak ada yang terkecuali, seluruh rakyat Sikhem
tidak menyadari bahwa nyawa mereka sedang terancam. Memalui itu narator akan
menunjukkan suatu malapetaka yang sangat besar, akan melanda seluruh rakyat
yang tinggal di Sikhem.
Secara cepat cerita beralih dengan rentang waktu 3 hari
atau hari ketiga setelah sunat masal dilakukan kepada setiap laki-laki. Mungkin
ketika disunat rasa sakit yang dirasakan belumlah terlalu sakit, nantilah
setelah beberapa hari rasa sakit sudah mulai terasa. Bahkan seorang laki-laki
yang disunat tidak dapat melakukan apa-apa, selain menunggu lukanya sembuh.
Berdasarkan cerita ini seluruh laki-laki yang disunat telah merinti kesakitan,
karena disunat. Pada saat inilah kedua anak yakub melakukan pembantaian secara
membabibuta, membunuh semua laki-laki yang ada di Sikehm tidak ada yang
terkecuali, termasuk Sikhem dan Hemor. Memang kalau dipikirkan agak aneh, dua
orang membantai atau membunuh satu kota. Namun perlu untuk diketahui bahwa
kota-kota pada zaman itu kecil sekali serta penduduknyapun sedikit jumlahnya,
sehingga sangat mungkin kedua orang ini membantai kota Sikhem.[19]
Bukan hanya membunuh semua laki-laki di kota itu, namun mereka juga turut
menjarah seluruh kota itu. Para wanita dan anak-anak dijadikan budak oleh
mereka. Seolah tiada ampun bagi rakyat Sikhem.
Dari hal ini nasib Dina seolah menjadi kabur,
kehidupannya untuk berumah tangga hanyala angan-angan belaka, kejadian yang dia
alami sebenarnya bisa memberikan penyadaran kepada keluarganya. Namun kenapa
kejadian yang dia alami, hanya dijadikan sebagai momentum luapan emosi dari
saudara-saudaranya. Adakah kejadian yang Dina alami saat itu, menjadi titik
balik supaya dia dihargai sebagai mana manusia secara utuhnya dan mempunyai
kehendak bebas. Namun itulah jalan kehidupan yang harsu dirasakan oleh Dina.
Setelah berpetualang dalam bagian konflik dalam cerita ini, narator mencoba
mengajak para pembaca untuk rehat sebentar dari sekian banyak konflik, beralih
ke penutup atau penyelesaian.
· Penutup
Bagian penutup dalam cerita ini hanya terdiri dari dua
ayat yaitu ayat 30 dan 31. Tidak diceritakan dalam narasi ini, dari siapa Yakub
mengetahui tindakan dari Simon dan Lewi. Yang jelas pikiran dari Yakub yaitu
ketakutan kalau-kalau sampai berita ini tersiar maka, seluru orang Kanaan akan
bersatu yaitu, Amori, Yebus, Arki, Gergasi, Feris, Kanaan. Hewi sudah tidak
terhitung sebab mereka telah hancur. Ke 6 daerah ini apabila bersatu maka,
Yakub dan keluarga beserta pengikutnya akan dilulu-lantakan oleh mereka. Sebab
mereka akan menjadi banyak jumlahnya kalau mereka bersatu. Yakub Takut akan
kehidupan mereka, yakub tidak mengetahu rencana dari kedua anaknya, sehingga
kalau dicermati ayat ini sedikit bernada keras. Mungkin ada kecenderungan dalam
pikiran Yakub bahwa kalau hal itu terjadi maka, Tuhan akan membiarkan mereka,
sebab merekalah yang menyulut api amarah. Namun kata-kata dari Yakub dibantah
oleh mereka, dengan alasan bahwa mereka tidak ingin meliahat adik mereka
diperlakukan seperti perempuan sundal. Ini merupakan pembenaran dari Simeon dan
Lewi, ini adalah tindakan yang baik, bagi mereka. Namun lagi-lagi Dina menjadi
korban, di mana Dina mereka jadikan tameng sebagai pemebenaran akan tindakan
mereka. Ketika mereka ada dalam situasi yang terhimpit mereka mengunakan
perempuan sebagai dali, untuk membenarkan tindakan mereka. Cerita ini cukup
untik sebab tidak menyajikan cerita yang berakhir bahagian, namun cerita ini
diakhiri dengan peristiwa yang mengantung, karena nasib Dina tidak lagi pernah
dibicarakan selanjutnya.
3.2 Alur.
Alur dalam cerita ini ialah alur maju, sebab diceritakan
dalam narasi itu Dina pergi keluar untuk berjalan-jalan atau bertemu dengan
teman yang sebaya dengan dia. Namun apa yang terjadi dia, dilihat oleh Sikhem
yang latar belakangnya dari kalangan kerajaan yaitu anak raja Hemor. Dia
dibawanya dan diperkosa oleh dia, sangat tragis apa yang dirasakan oleh Dina saat itu, namun Sikhem mau bertanggung
jawab dengan apa yang telah dia lakukan. Dia meminta Hemor untuk pergi melamar
Dina. Dina merasakan pergumulan yang sangat berat yaitu pasti ayahnya dan
saudara-saudaranya tidak akan memberikan lampu hijau atas maksud dari Hemor dan
Sikhem. Maka pergila Hemor dan Sikhem kepada Yakub di tempat dia berkemah, pada
saat itu sudara-saudara dari Dina baru kembali dari tugas mereka, yaitu
mengembalakan ternak di padang. Harapan dari Hemor dan Sikhem tidak disambut
dengan baik, sehingga mereka harus membujuk Yakub dan saudara-saudara Dina
dengan segala keuntungan kalau Dina dan Sikhem sampai menikah. Namun mereka
berdua datang dari latar belakang yang berbeda. Keluarga dari Dina mempunyai
indikasi menolak pernikahan campur. Namun moment itu digunakan untuk membals
dendam, atas kecemaran yang mereka lakukan kepada Dina. Sebab kalau mereka
mencemai Dina, itu sama saja dengan mencemari semua keluarga dari Dina.
Mereka mengajukan syarat supaya mereka dan semua
laki-laki yang tinggal di Sikhem harus disunat. Hal itu tidak dicurigai oleh
Sikhem dan ayahnya. Mereka langsung mengiyakan akan syarat tersebut. Mereka
langsung pergi dan menuju pintu gerbang, untuk mengutarakan syarat dari pihak
keluarga Dina. Tugas dari Sikhem dan Hemor
belum berakhir mereka harus meyakinkan juga seluruh rakyat Sikhem.
Segala bujukan diutarakan oleh mereka, bahkan akal bulus pun mereka gunakan
yaitu semua yang dimiliki oleh Yakub akan mereka miliki. Seluruh rakyat Sikhem langsung mengiyakan behwa mereka bersedia untuk disunat. Setelah
disunat dalam waktu 3 hari mereka semua dalam kesakitan. Maka Simeon dan Lewi
melakukan pembantaian kepada seluruh rakyat Sikhem dan menjarah seluruh kota
itu. Sikhem dan ayahnya juga turut merasakan tajamnya pedang dari Simeon dan
Lewi. Setelah itu mereka menjemput Dina, dan membawa dia. Hal itu diketahui ole
Yakub dan dia memarahi kedua anaknya. Sebab Yakub takut kalau tetangga dari
kota itu bersatu dan menyerang maka nasib mereka sudah tidak diketahui lagi.
Namun Simeon dan Lewi membela tindakan mereka dengan berkata bahwa itu mereka
lakukan karena mereka tidak ingin melihat saudara mereka diperlakukan seperti
perempuan sundal.
3.3. Penokohan.
·
Dina: Dalam
narasi ini Dina digambarkan sebagai perempuan yang lemah. Sebab sewaktu Sikhem
mambawa dan memperkosanya Dina tidak melawan (ayat 2), di tengah-tengah
kelemahan narator menunjukkan kekuatan Dina yang walaupn banyak masalah dia
tetap berusaha untuk tegar. Misalnya dia dijadikan tameng simeon dan Lewi atas
kekerasan yang mereka lakukan (ayat 31).
·
Sikhem: Jahat sebab dia melakukan tindakan kejahatan
yaitu pemerkosaan (ayat 2), namun sikap yang bertanggung jawab juga turut
melekat pada karakter Sikhem, hal itu terbukti ketika dia meminta ayahnya untuk
pergi melamar Dina dari Yakub (ayat 3-4)
·
Hemor: Bijaksana
sebab dia tidak menolak usul dari anaknya ketika Sikhem igin menikah dengan
Dina (ayat 3-4), bakan sikap licik/penipu juga ada pada Hemor, hal itu jelas
sewaktu dia berkata kepada rakyatnya bahwa semua kepunyaan Yakub akan menjadi
milik mereka semua (ayat 23).
·
Yakub:
Karakter dari Yakub yaitu pengecut atau tidak bijaksana sebab sewatu dia
mengetahui bahwa Dina, telah diperkosa oleh Sikhem Yakub hanya mendiamkan itu
(ayat 5), penakut juga turut menghiasi tokoh Yakub (ayat 30) .
·
Lewi dan
Simeon/saudara-saudara Dina: Saudara-saudara dari Dina dalam narasi ini
mempunyai watak yang cepat emosi (pemarah ayat 7) , bukan hanya itu mereka juga
bertindak dengan kejam yaitu dengan membunuh secara membabi buta seluru laki-laki
yang ada di kota Sikhem, dan menjarah seluruhnya. Bukan hanya kejam namun ada
kecenderungan sikap mereka ialah egois. Karakte licik/penipu ada dalam kedua
karakter ini (ayat 13).
·
Rakyat
Sikhem: Penurut hal itu sangat nyata sewatu Hemor dan Sikhem mebujuk mereka
(ayat 24).
3.4. Konflik Atau Kontras.
Konflik dalam narasi ini bermula ketika Sikhem melakukan
tindakan pelecehan terhadap seksual terhadap Dina. Secara jelas digambarkan
oleh narator dalam narasi ini. Dalam
pemikiran Sikhem tindakannya tidak terlalu bermasalah, namun hal itu masalah
untuk Yakub dan sudara-saudara Dina. Konfli mulai berkembang ketiak Sikhem mau
bertanggung jawab akan apa yang sudah dia lakukan terhadap Dina. Di mana dia
menyuruh ayahnya Hemor untuk pergi melamar Dina.
Pemikiran Sikhem bahwa tindakannya dapat dimaklumi oleh
Yakub dan saudara-saudara Dina. Pemikiran dari mereka tindakan itu sama saja
melecehkan mereka semua, sehingga membangkitkan
amarah dari kakak-kakanya. Konflik mulai menanjak ke atas dengan tipu
muslihat dari anak-akan Yakub yaitu
Simeon dan Lewi. Syarat yang mereka mereka ajukan ialah semua laki-laki yang
ada disikhem harus di sunat. Sebeb mereka menganggap bahwa bangsa yang tidak
bersunat adalah bangsa yang najis. Syarat itu diajukan kepada Sikhem dan ayahnya
supaya diteruskan oleh mereka kepada seluruh laki-laki yang tinggal di Sikhem.
Syarat itu langsung diterima atau disetujui sebab mereka berpikir bahwa itu
merupakan syarat yang mudah. Namun sebenarnya narator sedang mengajak pembaca
untuk menyaksikan suatu peristiwa yang sangat luar biasa. Namun dalam narasi
ini secara jelas diuraikan bahwa rencana muslihat dari Simeon dan Lewi berjalan
sesuai dengan rencana. Sebagai bukti Sikhem dan Hemor pergi ke pintu gerbang
dan mengajak seluruh laki-laki yang tinggal di Sikhem untuk di sunat. Ternyata
Hemor dan Sikhem juga mempunyai niat yang tidak baik terhadap keluarga dan
rombongan Yakub. Mereka berkata kepada seluruh penduduk Sikhem, kalau mereka
mau untuk di sunat, mereka boleh menikahi rombongan yang bersama-sama dengan
Yakub sehingga kepunyaan dari Yakub akan menjadi kepunyaan mereka juga.
Mendengarkan itu mereka langsung setuju dan mengiyakan syarat tersebut.
Konflik mulai memuncak ketika Simeon dan Lewi membunuh
semua laki-laki yang ada di Sikhem. Kenapa sangat muda Simeon dan Lewi membunuh
mereka, sebeb mereka berada dalam kesakitan setelah tiga hari mereka
melaksanakan sunatan masal terhadap seluruh laki-laki Sikhem. Bukan hanya itu
mereka juga menjarah kota dan menjadikan wanita dan anak-anak budak ata mereka,
harta kekayan mereka bawa. Itulah puncak dari konflik dalam narasi ini, di mana
nila setitik merusak susu sebelanga. Kesalahan dari Sikhem, harus ditanggung
dengan seluruh rakyatnya. Pada bagian ini konflik mulai mendingin, dengan Simon
dan Lewi kembali kepada ayah mereka membawa Dina kembali. Konflik dalam narasi
ini hanya di latar belakang oleh satu sosok yaitu Dina. Dina yang adalah
seorang perempuan nomad dilecehkan
oleh Sikhem. Hal itu menunjukkan bahwa janganlah memandang rendah perempuan
sebab, dengan tindakan yang buruk terhadap mereka sama saja dengan memadamkan
api dengan minyak. Hal itulah yang terjadi dalam konflik cerita ini.
3.5. Setting.
·
Tempat:
Narasi ini terjadi di tanah Kanaan, lebih tepatnya di Sikhem, di sebelah timur
kota Kanaan (Kejadian 33:18). Bahkan ada
tempat yang selanjutnya yaitu di kemah Yakub (ayat 6), ketika Sikhem dan Hemor
pergi untuk meminang Dina. Pintu gerbang juga di kota itu turut menjadi saksi
bisu, di mana Sikhem dan Hemor membujuk warga kota itu untuk di sunat (20).
·
Waktu:
Waktu berlangsungnya narasi ini ditunjukkan oleh narator dalam ayat 1 .......pada suatu kali pergila Dina, ayat 6 dan
20 ......lalu Hemor ayah Sikehm....,ayat 25 .....pada
hari ketiga ketika mereka sedang menderita kesakitan.
·
Suasana:
Narator menunjukkan suasana dalam narasi ini cukup beragam, dimulai dengan
suasana yang senang, hal itu secara jelas ditunjukkan dalam ayat 1, di mana
Dina pergi mengunjungi teman perempuan yang sebaya dengannya di Kanaan/Sikhem.
Selanjutnya dari suasana yang senang lanjut dengan suasan yang sedih, hal itu
jelas di ayat 2-3 kesedihan Dina sangat dalam ketika keperawanannya sudah
direngut oleh Sikhem. Suasan yang panas, penuh dengan emosi turut menghiasi
narasi ini seperti dalam ayat 7. Suasana yang mencekam juga turut narator
lukiskan lewat narasi ini, seperti pembantaian yang dilakukan oleh Simeon dan
Lewi (ayat 25-29).
3.6. Gaya/ Style.
Dalam narasi ini, ada beberapa hal yang coba ditonjolkan
yait mengenahi pemerkosaan. Hal itulah yang menjadi dasar atau tumpuhan dari
segala macam masalah dalam narasi ini. Memang kata itu hanya satu kali muncul,
namun kemunculannya yang pertama dan yang terakhir sangat menentuhakan akan
cerita ini. Narasi ini juga hendak menunjukkan bahwa banyak hal yang tidak
dapat diduga oleh orang. Misalnya ketika Sikhem memperkosa Dina dia berpikir
bahwa itu hanya merupakan perbuatan biasa, namun sebenranya itu membawa aib
bagi banyak orang. Narasi ini juga lebih memperlihatkan percakapan yang secara
panjang lebar (tawar menawar) di antara dua pihak. Tawar menawar itu diuraikan
dalam narasi ini, supaya ada pemahaman yang mungkin keliru dapat diperbaiki
misalnya anggapan bahwa perempaun itu seperti barang yang harus dijaga dan
dilindungi bahkan dia hanya diperuntukan untuk orang dalam saja. Dalam narasi
ini memberikan kejelasan akan tumpuhan wanita yang sebenarnya yatiu satu
kesatuan dengan laki-laki. Sebab kalau itu dilangar dan dilupahkan maka
peperanganlah yang akan terjadi. Kata sunat juga turut menghiasi narasi ini.
Sunat dijadikan alat atau sebagai tipu muslihat untuk membantai seluruh orang
Sikhem. Kalau diperhatikan ada berapa bagian yang selalu diulang-ulang dalam
narasi ini, misalnya sewatu sikhem hendak menyuruh ayahnya untuk meminagn Dina.
Bahakn yang makna yang selalu diulang ialah janji seperti yang ada dalam14-33.
3.7. Narator.
Cukup unik narator mengemas narasi ini di awali dengan
situasi yang senang dan gembira namun diakhir dengan suasna yang mencekam dan
penuh kekecewaan. Melalui kedua pintu ini yaitu pintu masuk dan pintu keluar
narator menguraikan cerita ini. Secara sengaja narator memberikan kesempatan
bagi Dina, untuk berjalan-jalan di tanah Kanaan atau di daerah Sikhem.
Berdasarkan penejelasan dari narator Dina itu keluar dari kemahnya untuk pergi
bergaul dengan perempuan yang sebaya dengan dia. Dari sini narator mengiring
secara cepat, para pembaca akan kemalangan dari Dina. Tidak dijelaskan oleh
narator di mana Sikhem melihat Dina, namun yang pasti ialah tindakan asusila
yang Sikhem lakukan terhadap Dina. Ketika Dina keluar dari kemah ibu dan
ayahnya dia tidak mengetahui nasib yang menanti dia di depan. Namun itulah
kenyataannya keperawanan dan kehormatannya direngut oleh Sikhem. Secara
mengejutkan narator menunjukkan bahwa ada sikap yang baik diperlihatkan oleh
Sikhem yaitu dia menenangkan Dina, yang secara tersirat digambarkan oleh
narator Dina merontak atas apa yang dia alami. Dari peristiwa ini, para pembaca
sementara digiring oleh narator akan suatu masalah besar, yang nantinya akan
dialami oleh Sikhem dan rakyatnya. Namun narator cepat mengambil alih, dia
mencoba meluluhkan suasana dengan perkataan Sikhem kepada ayahnya untuk pergi
melamar Dina.
Narator tidak mengizinkan Yakub untuk merespon secara
berlebihan akan hal ini, respon yang ada hanyalah diam. Dengan respon ini para
pembaca, coba narator antar kepada kekecewaan bahwa apakah hanya itu respon
yang ditunjukkan oleh seorang ayah, terhadap anaknya yang sudah dipermalukan
oleh Sikhem. Bahkan peran dari Lea ibu Dina tidak mau diekspos oleh narator,
narator sama sekali tidak memberikan atau menunjukkan respon dari Lea. Tokoh
Lea disimpan rapat-rapat oleh narator. Tindakan pemerkosaan ini dianggap oleh
Sikhem dan Hemor hanyalah peristiwa yang biasa, namun bagi saudara-saudara Dina
ini adalah aib atau penghinaan bagi mereka. Hal ini dikemas oleh narator cukup
menarik sebab, para pembaca akan menduga-duga akhir dari cerita ini. Namun yang
menjadi perhatian dari narasi ini ialah tipu musliah dari simeon dan Lewi. Para
pembaca dibuat penasaran onel narator akan maksud dari penyunatan yang menjadi
syarat atas keberlangsungan hubungan Dina dan Sikhem. Secara tersirat narator
memberikan tanda bahwa Yakub dan saudara-saudara Dina tidak menyukai penikahan
campur. Namun itu dikemas oleh narator lewat kata-kata yang tidak terlalu
jelas, memuat makna itu. Para pembaca dibuat kaget dengan keputusan Hemor dan
Sikhem dalam mengiyakan syarat tersebut, dalam pikiran mereka itu adalah syarat
yang mudah., namun dibalik itu ada keburukan yang menanti.
Narator memilih tempat yaitu pintu gerbang untuk Sikhem
dan Hemor menyampaikan syarat dari keluarga Yakub. Secara mengagetkan ternyata
Hemor dan Sikhem juga mempunyai rencan yang buruk bahwa ketika terjadi
pernikahan campur maka, kekayaan dari Yakub akan mereka kuasai. Memanglah jahat
dan curang, namun mereka tidak menyadari bahwa anak-anak Yakub juga sudah
mempunyai rencan. Secara mengejutkan narator menggambarkan seluruh rakyat
Sikhem mengiyakan hal tersebut, maka disunantlah mereka. Tanpa disangka-sangak
pada hari yang ketiga, narator mulai menguraikan cerita tipu muslihat dari
Simeon dan Lewi, yaitu pembantaian atas seluruh rakyat Sikhem. Para pembaca
dibuat kaget akan hal tersebut, namun itulah kenyataan yang ditunjukkan oleh
narator kepada para pembaca. Narator melukiskan pembantaian yang mereka lakukan
secara besar-besaran. Sebab menurut penuturan dari narator semua laki-laki
rakyat Sikhem tidak berdaya karena mereka kesakitan karena disunat. Secara
cepat naraor berpindah lokasi yaitu di kemah Yakub, narator lebih memperkaya
suasan dalam narasi ini, dengan suasan ketakutan yang dirasakan oleh Yakub.
Ketakutan yang dirasakan oleh Yakub cukup wajar, sebab dia takut kalau seluruh
daerah tetangga dari orang Hewi bersatu maka, mereka bukanlah tandingan. Namun
dalam bagian penutu ada pembelaan yang dilakukan oleh Simeon dan Lewi yaitu
mereka membelah adik mereka Dina, di mana mereka tidak ingin melihat dina
diperlakukan seperti wanita sundal. Ini merupakan bagian akhir yang narator
utarakan dalam narasi ini, narator serasa pelit akan informasi dalam narasi ini,
narator juga suka menyimpan Dina dan Lea, di mana kedua tokoh inilah yang bisa
menjadi tokoh pendamai dalam narasi ini.
3.7 Seni Dalam Kata-Kata.
Ada beberapa kata yang dalam narasi ini, mempunyai makna
dan kunci dalam menjelaskan setiap peristiwa yang ada dalam cerita ini.
Kata-kata itu ialah pemerkosaan, kata itu memberikan indikas bahwa dari
tindakan inilah konfli dalam narasi ini bertumpuh. Bahkan dari kata itu
memberikan makan bahwa tindakan ketidak adilan kepada seseorang, akan membawa
mala petaka dalam kehidupan pribadi bahkan kelompok. Kata sunat dalam narasi
ini duganakan hanyala sebagai alat untuk, memanipulasi keadaan atau sebagai
jalan untuk melampiaskan dendam. Mahar dalam narasi ini juga turut memberikan
makna, bahwa mereka menganggap bahwa perempuan bagaikan barang, yang kalau
ingin memiliki mereka harus dibeli. Melalui cerita ini memberikan pemahaman
bahwa sterotip yang melekat bukanah membawa syalom
melainkan membawa permasalahan yang kait mengait. Kata sunat memberikan
pemahaman bahwa keluarga Yakub tidak mengingini terjadi pernikahan campur.
Permintaan sunat itu sebenarnya mempunyai makna penolakan yang secara halus.
3.8 Seni Dalam Tindakan.
Seni dalam
tindakan yang muncul dalam narasi ini ialah pararel (kesejajaran), narasi ini
sejajar dengan kisah Amnon dan Tamar II Samuel 13:1-22. Kedua narasi ini ada
kemiripan namun ada juga perbedaan. Kesamaan dalam kedua narasi ini ialah Amnon
memperkosa Tamar, dalam narasi ini Sikhem memperkosa Dina. Perbedaan dari kedua
narasi ini Amnon tidak mau bertanggung jawab, sedangkan Sikhem mau bertanggung
jawab. Setelah kesejajaran ada juga pengulangan misalnya dalam ayat 13 Simeon
dan Lewi menipu Sikhem dan Hemor, hal itu sama ketika Yakub menipu Esau pasal
27, Yakub menipu laban pasal 31, anak-anak Yakub menipu ayah mereka dengan
mengatakan bahwa Yusuf sudah mati pasal 37:12-36.
3.9 Seni dalam Dialog.
Seni dalam dialog banyak kali narator tunjukkan, namun
kadang juga narator berdiam diri saja. Namun dalam narasi ini narator banyak
mencantumkan dialog misalnya pembicaraan Sikhem, Hemor , Yakub dan
saudara-saudara Dina dalam peroses melamar Dina, banyak hal yang menghiasi
narasi ini dalam bentuk dialog diantaranya tawar menawar, tipu menipu dan
kata-kata yang bernada keras, turut mewarnai bagian narasi ini. Seluruh tokoh
diberikan kesempatan oleh narator untuk mengutarakan tujuan tokoh itu ada dalam
narasi ini. Namun juga seringkali narator menyimpan tokoh mana yang hendak dia
simpan, bahkan ada kesempatan juga ketika narator secara sengaja tidak
memberikan kesempatan tokoh tersebut untuk beraksi baik dalam tindakan dan
kata-kata.
3.10 Seni Dalam Tindakan.
Tindakan yang nyata dalam bagian ini ialah hal yang tidak
diduga-duga. Misalnya tindakan pemerkosaan yang dilakukan oleh sikhem terhadap
Dina, dianggapnya sebagai peristiwa yang biasa-biasa saja sebab, Dina akan
dilamarnya dan akan menajdi istrinya. Sikhem tidak menyadari bahwa tindakannya
merupakan kesalahn besar, karena dia bukan saja mencemari Dina, tapi juga
mencemari seluruh rombongan yang bersama-sama dengan Yakub. Bahkan tanpa
diduga-duga syarat yang diajukan oleh saudara-saudara Dina yaitu sunat, hanya
merupakan alasan dalam merealisasikan balas dendam mereka. Selanjutnya juga
Hemor dan Sikhem ingin menipu juga Yakub dan keluarganya ayat 23, namun tanpa diduga,
pada saat itu mereka telah masuk perangkap dari Simeon dan Lewi.
3.11 Pesan.
Dalam narasi ini banyak memberikan pesan bahwa, lihatlah
perempuan scara holistik bukan sepengal-sepengal atau ada sterotip yang melekat
kepada wanita, di mana sterotip itu membawa ketimpangan dalam interaksi sosial.
Hal itu perlu untuk diperbaiki dengan menerima perempuan apa adanya, sikap
laki-laki yang menghargai perempuan perupakan perwujudan dari amanat Tuhan,
yaitu bermitra dengan mereka sebeb perempuan adalah penolong yang sepadan
terhadap laki-laki. Tuhan menempatkan perempuan bukan untuk dijadikan barang
yang harus dijaga dan hanya disimpan untuk kalangan terbatas. Tindakan ini
merupakan kekerasan secara non fisik, apapun alasannya ini adalah tindakan yang
merugikan kaum perempuan. Para laki-laki harus selalu diberikan penyadarn bahwa
tindakan kekerasan baik fisik dan non fisik terhadap perempuan merupakan
kejahatan dan pelecehan kepada Maha Pencipta. Sebab dalam Kejadian 1:27
laki-laki dan perempuan diciptakan oleh satu tangan yaitu Tuhan Allah, hasil
buatan tangan Tuhan diberikan penilaian ....... Allah melihat segala yang dijadika-Nya sungguh amat baik. Dari
pernyataan itu memberikan penegasan bahwa tidak ada alasan dari manusia untuk
mebeda-bedahkan ini prodak domestik dan ini prodak publik, semua sama di mata
Tuhan. Kalau terjadi pelecehan seksual itu sama saja dengan melecehkan Tuhan
sendiri. sebab, manusia adalah gambar
dan rupa Allah baik dalam bentuk Fisik maupun dalam tindakan. Narasi ini
memberikan makan bahwa jangalah menjadikan perempuan sebagai objek saja, namun
marilah kita angkat nasib perempuan, bukan untuk lebih tinggi dari laki-laki
melainkan mengangkat mereka dari pergumulan mereka (ikatan-ikatan tradisional,
sterotip-sterotip yang negatif dan keimpangan-ketimpangan dalam syarakat).
Supaya ada keharmonisasian yang terjadi, bagaikan piano yang terdiri dari hitam
dan putih walaupun berbeda secara nyata, namun kalau dimainkan secara baik dan
tepat melahirkan nada-nada yang indah. Hal demikianlah yang hendak digumuli
dalam bagian ini. Hal yang jelas ialah jangalah melecehkan pihak yang lemah dan
tidan berdaya, sebab suatu saat nanti akan ada pertanggung jawaban yang harus
dibayarkan atas tindakan itu, sebab barang siapa menabur angin akan menuai
badai.
Daftar Pustaka
Bakker F.L, Sejarah Kerajaan Allah I Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996.
Blommendaal J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
King Philip J, Stager Lawrence E. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2012.
Lembaga Alkitab Indonesia, Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama.
Kanesius: Yogyakarta, 2002.
Lempp Walter, Tafsiran
Alkitab Kejadian 12:4-25:18. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Lasor W.S, Hubbard D.A, Bush F.W. Pengantar Perjanjian Lama 1 (Taurat dan Sejarah). Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010.
Retnowati, Perempuan-Perempuan
Dalam Alkitab Peran, Partisipasi Dan Perjuangannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Timo Eben Nuban, Hagar dan Putri-Putrinya “Perempuan-Perempuan Tertindas Dalam
Alkitab”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Tafsiran Alkitab Masa Kini I Kejadian–Ester.
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2010.
Referensi
LAI. Alkitab. Jakarta: LAI, 2010.
LAI. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: LAI, 2011.
LAI. Alkitab Kabar Baik Dalam Bahasa Indonesia Sahari-Hari. Jakarta:
LAI, 1986.
Suharso, Retnoningsih Ana. Kamus Besar Bahasa Indoneis Edisi Lux. Semarang:
CV. Widya Karya, 2009.
Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L. Jakarta:
YKBK, 2007.
Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z. Jakarta:
YKBK, 2007.
[1] Bdk dengan Kejadian 33:19.
[2] Bdk dengan Alkitab BIS
Kejadian 34:7.
[3] Bdk dengan Kejadian
29:31-35 dan 30:19-21.
[4] Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hal 186.
[5] Bdk dengan Kejadian 28:43.
[6] Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hal 376.
[7] Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hal. 376.
[8] Eben Nuban Timo, Hagar dan Putri-Putrinya “Perempuan
Tertindas Dalam Alkitab”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hal 50-59
[9] Eben Nuban Timo, Hagar dan Putri-Putrinya “Perempuan
Tertindas Dalam Alkitab”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hal 50.
[10] Bdk dengan buku Retnowati, Perempuan-Perempuan Dalam Alkitab Peran,
Partisipasi Dan Perjuangannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Hal 63 dan 69.
[11] Bdk dengan Kejadian
29:1-12.
[12] Bdk dengan Ulangan 7:1.
[13] Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hal 384.
[14] Philip J. King, Lawrence E.
Stager. Kehidupan Orang Israel
Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Hal 68.
[15] Lihat Kejadian 41 :45.
[16] Philip J. King, Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Hal 61.
[17] Philip J. King, Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Hal 49.
[18] Philip J. King, Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Hal 267.
[19] F. L. Bekker, Sejarah Kerajaan Allah I Perjanjian Lama. Jakarta
: BPK Gunung Mulia, 1996. Hal 200.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar