Nama : Arke Steward Maindoka.
Nim: 201041047.
Mata Kuliah: Teologi Penciptaan.
Dosen: Pdt. Helen Masambe, M.Teol.
Penciptaan: Horison Sejarah Keselamatan.
Alkitab
orang Kristen mendapat bingkai tema penciptaan. Kitab pertama memproklamirkan
“pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej 1:1) dan kitab terakhir
menyatakan penciptaan “langit yang baru dan bumi yang baru” (why 21:1).
Sekalipun demikian, penciptaan kurang mendapat perhatian dalam diskusi teologi,
khotbah dan pengajaran.
A.
Penciptaan
dalam sejarah teologi.
Teologi
penciptaan adalah kepercayaan tentang Allah sebagai Pencipta alam semesta yang
kompleks namun tertata rapi, termasuk penjaga kelangsungan dunia ciptaan sampai
sekarang (Ibr 1:3). Selanjutnya selama berabad-abad orang Kristen menerima
penciptaan yang dicatat dalam Alkitab sebagai karya Yang Maha Kuasa dalam ruang
dan waktu, sehingga dituangkan orang Kristen melalui pengakuan iman dalam
ibadah, Aku percaya kepada Allah Bapa, pencipta langit dan bumi. Dengan hal itu
diasumsikan dunia ciptaan sebagai buah karya Allah yang transenden.
1. Penciptaan dan Wahyu.
Sekalipun
Tuhan adalah pencipta, Alkitab tidak pernah mengidentikan Sang Pencipta dengan
dunia ini. namun tidak ada dikotomi antara alam dan wahyu, dunia dan Tuhan.
Justru, umat boleh bergembira karena lewat dunia ciptaan Tuhan menyingkapakan
jati diri-Nya sekaligus membuat-Nya dapat dikenal. Walaupun dunia ciptaan
kemudian tercemar oleh dosa, kuasa dan kebijaksanaan Tuhan sedikit banyak masih
terefleksi mis: Maz 104:24, Yer 10:12. Dalam teologi konservatif tidak pernah
dikatakan alam mengantar orang menuju Tuhan. Selalu dikatakan bahwa Tuhan
berkenan mengwahyukan diri, kodrat dan kehendakanya dalam dunia ciptaan (Maz
19:2, Roma 1:20). Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, dunia ciptaan tidak lagi
memadai sebagai jalan untuk mengenal Allah dengan baik.
2.
Pengaruh kosmogini modern.
Pemahaman
tentang penciptaan mendapatkan perlawanan dari sains modern dengan tokoh-tokoh
seperti Copernicus, Galileo dan Kepler. Mereka menjelasakan dunia dan
asal-usulnya secara ilmiah dan ini berbedah dari yang selama ini diajarkan oleh
gereja. Penjelasan sains semakin memuncak pada zaman pencerahan, di mana ilmu
pengetahuan alam diagung-agungkan. Pada saat itu gereja tidak menjembatani
kedua hal itu sehingga seorang ilmuwan pada hari minggu bisa mengamini dunia
diciptakan oleh Tuhan sesuai dengan ajaran Alkitab. Namun, pada hari-hari yang
lain kepercayaan itu dia tanggalkan dan yang dipakau adalah penjelasan dari
sains. Suatu ketika teologi berinteraksi dengan sains, sehingga pada abad ke 19
Schleiermacher dan Harnack mengembangkan teologi antroposentris dengan cara eksistential.
Makna teks Alkitab selalu dicari sejauh itu menolong pemahaman manusia.
Akibtanya pembicaraan sebagai Tuhan Sang pencipta tidak lagi menarik dan
penciptaan dilihat sebagai peristiwan yang tidak relevan lagi dengan kehidupan
sekarang, yang penting keselamatan individual.
3.
Marjinalisasi ajaran penciptaan.
Penekanan
yang berlebihan pada keselamatan individual ternyata berimplikasi luas bagi
teologi yang dikemukakan oleh Claus Westermann. Dalam bukunya dibagian
pendahuluan mengkritisi tentang hal ini, di mana kalau manusia hanya berurusan
dengan Tuhan dalam konteks pengampunan atau pembenaran. Maka Tuhan tidak
memperdulikan cacing yang terinjak dan penemuan bintang-bintang yang baru di
galaksi Bima Sakti. Dari sini Westermann bertanya Ia Allah macam apa, yang
melakuan segala sesuatu bagi keselamatan manusia? Namun sama sekali tidak ada
sangkut pautnya dengan manusia dan situasi hidupnay? Sebuah contoh dari
berteologi yang menekankan keselamatan idividual dan mengabaikan penciptaan adalah
Karl Barth yang dengan caranya sendiri mempengaruhi teologi Perjanjian Lama
abda ke-20. Dalam konteks melawan liberalisme, ia membuat dikotomi gereja
Jerman vs sosialisme Nasional, umat Kristen Jerman vs Gereja resmi, agama wahyu
vs agama alam. Teolog Jerman Deitrich Bonhoeffer, kemudian meradikalkan
dikotomi ini dengan slogannya yang terkenal “kekristenan bukan agama”. Tuhan
diyakini hanya menyatakan diri, kehendak dan kodrat-Nya dalam wahyu, tetapi
tidak dalam kehidupan biasa seperti kelahiran, penderitaan atau kematian. Hal
demikian dilakukan juga oleh Gerhard von Rad di mana, dia membedakan secara
tajam antara iman Israel dan agama Kanaan, antara penciptaan dan penebusan yang
terjadi dalam rangka sejarah keselamatan. Menurutnya tema peniptaan dalam
Perjanjian Lama tidak berdiri sendiri, tetapi terikat dengan tema penebusan.
Tema inilah yang diyakini oleh umat Isreal dalam Perjanjian Lama, baru tema
penciptaan. Demikianlah dalam teologi von Rad penciptaan mendapatkan tempat
yang marjinal. Disadari atau tidak teologi ini banyak dianut oleh banyak orang.
Dyreness dalam teologi Perjanjian Lama-nya memang mengusulkan prioritas utama
terhadap penciptaan, tetapi ia tidak menutup kemungkinan bahwa umat Israel
mengalami Allah sebagai penebus lebih dahulu.
Ada
tiga hal yang membuat teologi penciptaan termarjinalisasi:
·
Sejarah teologi Kristen memperlihatkan
bahwa teologi penciptaan selalu inferior terhadap doktrin kristologi dan
soteriologi, teologi penciptaan selalu dicurigai bahwa mempromosikan teologi
alam.
·
Konsep tatanan dunia yang dulu erat terkait
dengan teologi penciptaan, sekarang ini sudah mulai memudar.
·
Tema-tema kontemporer seperti perdamaian,
keadilan, sosiologi, sibernetik yang pad adasarnya sangat sedikit berhubungan
dengan tema penciptaan.
4.
Perkembangan teologi Perjanjian Lama.
Marjinalisasi
ajaran penciptaan dalam teologi PL sebenarnya sudah berlangsung sejak abad
ke-20, melalui pemahaman bahwa penciptaan bukan materi asli imam umat Israel
melainkan diambil dari mite penciptaan dalam agam-agama Asyur dan Babel sekitar
abad 7 SM pada zaman Manasye. Bernhard Stade dalam bukunya “Teologi Biblika
dari Perjanjian Lama: Agama Israel dan Asal-mula Agama Yahudi”, buku ini
membahas bahwa penciptaan di bawah judul “abda sinkretisme”. Mereka mengaminkan
bahwa Tuhan sebagai penebus, baru Tuhan sebagai pencipta. Sebagai contoh kitab
Kejadian ada kemiripan dengan tradisi Enuma
Elis ada pendapat bahwa Alkitab merupakan pemurnian dan bentuk sederhana
dari legenda Babel. Hal itu dibantah dengan kaidah yang berlaku bahwa arkeologi
Timur Dekat kuno bahwa teks yang lebih sederhana menjadi pendorong munculnya
teks serupa yang lebih rumit seperti legenda. Kitab Kejadian tidaklah
menjiplak, namun merupakan pengalaman spiritual dalam ilham Roh Kudus sehingga
kisah-kisah ini begitu unik.
Pendukung ide von Rad yang paling
berpengaruh di AS dalam Ernest G. Wright. Ia menjadi pelopr Gerakan Teologi
Biblika. Dalam bukunya menyatakan teologi PL sebagai sebuah “resital” pagelaran
tindakan-tindakan Allah. Dia menentang evolusi agama (abad ke-19), yang
menerangkan bahwa agama Yahweh merupakan kelanjutan dari sistem dewa-dewa yang
disembah dalam agama-agama Kanaan. Menurut Wright Yahweh unik, sedikitpun tidak
sama dengan dewa-dewa Kanaan. Ada bantahan Frank Moore Cross terhadap Wright,
dalam tulisannya Canaanite Myth and
Hebrew Epic. Menurut Cross untuk memahami PL orang tidak dapat mengabaikan
dokumen-dokumen Kanaan. Dalam studinya tentang nyanyian Musa dan orang Israel
(Kel 15:1-18), Cross memperlihatkan bahwa keluarnya umat Israel dari Mesir sangat
dekat dengan teks-teks Babel dan ’Anat dari mitologi Kanaan, termasuk dengan
mitologi-mitologi yang lain.
5.
Minat baru.
Akhirnya
muncul minat yang baru dalam teologi penciptaan seperti yang digambarkan
Bellinger dan Brueggeman. Ada tiga hal penting yang mendorong terjadinya
pergeseran ini mengikuti pergeseran paradigma dalam studi PL selama kurun waktu
antara dekade to-an dan 80an:
ü Para teologi PL melihat teologi penciptaan sebagai bagian integral dari
iman umat Israel dan mereka tidak lagi menerima posisi teologis yang menepikan
teologi penciptaan.
ü Hikmat dalam PL mendapat perhatian yang baru.
ü Penemuan bahwa tema penciptaan mendapat tema yang sentral dalam
mite-mite agama kuno.
· Bagian integral iman
Tahun
1960-an Claus Westermann seorang teolog Jerman, yang adalah kolega von Rad di
Heidelberg. Menentang kategori either-or dari
model von Rad yang mempertentangkan secara eksklusif iman dan agama, sebuah
kategori yang pada waktu itu dianggap normatif. Westermann sebenarnya masih
dalam posisi teologi yang sama dengan
von Rad, yakni memarjinalkan ajaran penciptaan dalam PL. Namun
Westermann maju selangkah dari pada von Rad, di mana dia menganggap penciptaan
sebagai integral yang menentukan isi iman umat Israel. itulah sebabnya
sekalipun Westermann membedakan antara
karya Allah dalam sejarah keselamatan dan karya Allah dalam dunia ciptaan. Tema
penciptaan dan penebusan menurut keyakinannya berasal dari tradisi teologis
yang sama, hanya dua tema itu selalu berada
dalam ketegangan.
Yang
menarik setelah bertahun-tahun berpendapat seperti von Rad, Rolf Rendtorff yang
adalah murid von Rad, kemudian balik mengkritiknya. Menurutnya ajaran
penciptaan menjadi horizon dari karya penebusan Allah, kisah penciptaan memberi
konteks untuk tindakan penebusan, maka karya Tuhan dalam penciptaan sama
pentingnya dengan karya keselamatan-Nya dalam sejarah. Rendtorff menambahkan
bahwa ciptaan bisa bertumbuh kembang dengan baik, berkat kelanjutan dari karya
Allah yang telah rampung dalam penciptaan. Brevard Childs juga sangat
mempertanyakan subordinasi tema penciptaan. Ia mengusulkan untuk tidak
mendekati kedua tema ini dari perspektif subordinasi, tetapi melihatnya dalam
suatu interaksi kolektif.
·
Minat atas hikmat.
Kembalinya
minat studi kepada teologi penciptaan didorong dengan maraknya studi tentang
kepentingan hikmat dalam Perjanjian Lama seperti yang dipelopori Hans H.
Schmid, dalam artikelnya Creation,
Righteousness and Salvation: Creation Theology as the broad horizon of Biblical
Theology dan von Rad wisdom in
Israel. hikmat di sini tidak sama dengan kebijaksanaan, tetapi lebih
merupakan tatanan dunia ciptaan yang menjamin kelangsungan hidup baik khususnya
bagi mereka yang hidup sesuai dengan tatanan itu. Kata Ibrani צֶדֶק atau צְדָקָה mengandung arti kebenaran dan keselamatan
yang komperhensif menurut Schmid di seluruh Timur Dekat Kuno termasuk Israel,
tatanan dunia mencakup hukum-hukum moral, alam dan politik yang satu sama lain
terikat.
·
Wahyu umat dalam mite-mite.
Dalam mite-mite dijelaskan tentang peristiwa-peristiwa
zaman kuno yang memberi arti kepada kehidupan sekarang. Dilihat dari kaca mata
modern penjelasan mite banyak yang tidak masuk akal. Namun, mite tetap bernilai
sebab menunjuk pada realitas dan kebenaran. Mite-mite penciptaan biasanya
dipentaskan dalam ritus agama kuno pada waktu tertentu dan paling sering pada
perayaan tahun baru.contohnya di Indonesia banyak mite-mite dan kepercayaan
kepada dewa-dewa tertinggi dengan sebutan yang berbeda-beda di setiap daerah
tertentu.
Asal-usul kejadian dunia dan segala isinya juga ditemukan
dalam mite-mite penciptaan dari penduduk-penduduk Kanaan dan bangsa-bangsa di
sekitar Israel kuno. Mereka menyembah dewa-dewa yang menciptakan langit dan
bumi. El dalam kepercayaan Ugrait dikenal sebagai “Bapak umat manusia”,
“Pencipta segala makhluk”, “pencipta bumi”. Dewa matahari orang Mesir (Amon.
Re, Aton/Atum) dan dewa-dewa lain di Mesopotamia bisa di sebut banu u irsiti “pencipta langit dan bumi”.
B.
Prioritas penciptaan.
Penciptaan bukan tanpa sengaja ditempatkan pada awal
Alkitab. Harmoni dan tatanan, itulah dunia yang dijadikan Tuhan pada mulanya.
Setelah manusia merusak harmonisasi itu dengan dosa maka hukuman Tuhan jatuh.
Itulah sebabnya dalam peristiwa air bah, Allah membuat perjanjian dengan Nuh.
Sehingga penebusan ada sebagai akibat ciptaan yang sudah jatuh ke dalam dosa.
Penebusan ada karena lebih dahulu ada penciptaan. Penebusan merupakan
penciptaan kembali, pengembalian karena kerusakan dosa. Teologi Reformed
mengikuti aliran kerangka penciptaan-dosa-penebusan-pemulihan penciptaan. Allah
tidak menjadikan dunia untuk diselamatkan, tetapi dunia diselamatkan agar
kembali kepada keadaan asal sewaktu diciptakan. Hal ini jangan dilihat secara
fisik, melainkan secara moral ideal. Dengan demikian karya penebusan tidak
untuk dirinya sendiri, tetapi demi kebaikan-kebaikan dunia ciptaan yang telah
hilang akibat kejatuhan. Penciptaan kembali dialami dalam keselamatan
individual, seperti yang terdapa dalam 2 Kor 5:17. Menjadi Kristen berarti
menjadi ciptaan baru. Dengan menempatkan ajaran penciptaan pada tempatnya,
tidak inferior terhadap ajaran penebusan, akan muncul apresiasi yang wajar
terhadap dunia ciptaannya.
C.
Makna teologis
Secara teologis, penciptaan dalam Alkitab mempunyai arti
lebih dari pada Allah menciptakan sesuatu. Ada tiga makna teologis dari
penciptaan:
1.
Demonstrasi kuasa Tuhan
Penciptaan langit dan bumi adalah tindakan dari yang
Mahakuasa lewat firman-Nya misalnya Mzm 33: 6 dan 9. Dalam kisah penciptaan
formula penciptaan “berfirmanlah Allah...lalu....jadi”. sangat sering dan tidak
ada jarak antara firman Allah dan perwujudannya. Allah cukup berfirman, lalu
jadilah yang dikatakan. Dalam menegaskan kuasa Tuhan atas dunia ciptaan, firman
menjadi sarana pewahyuan diri Sang Pencipta. Allah berdaulat dan mengontrol
dunia ciptaan, karena itu sering digambarkan sebagai raja mis Maz 93:95-99.
2.
Kemenangan atas khaos.
Penciptaan
langit dan bumi adalah bukti kemenangan Tuhan melawan kuasa-kuasa kekacauan dan
kekuatan-kekuatan potensial yang membuat kekacauan. Ada kegelapan malam yang
membahayakan sehingga terang harus dipisahkan dari gelap serta
pemisahan-pemisahan yang lain. Bahkan kata Whboêw" ‘Whto’ yang artinya campur baur dan kosong, menandai kekosongan
yang dahsyat. Israel kuno mengalami dan meyakini bahwa di dalam dunia aktif
bekerja kuasa-kuasa perusak dan pengacau. Dalam keyakinan orang Israel
kuasa-kuasa perusak sudah ditaklukkan. Bagi Israel keyakinan bahwa Allah
sebagai Pencipta yang menopang seluruh dunia ciptaan bukan pilihan filosofi
atau asumsi yang diterima begitu saja, melainkan sebuah keyakinan eksistensial
yang mendasari kehidupan. Tanpa tindakan penciptaan tidak ada kehidupan seperti
sekarang ini.
3.
Dunia yang baik.
Tuhan
menciptakan dunia yang baik (bAj) dan diberkati. Tujuh
kali Tuhan menilai dunia ciptaan sebagai baik dan klimaksnya ketika manusia di
nilai dengan “sungguh amat baik”. Manusia bertanggung jawab untuk dunia apakah
itu menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pemahaman bahwa dunia ini baik,
teratur, dan tidak khaos dapat menolong umat ketika dunia kehidupannya
porak-poranda dan mengalami krisis iman.
D.
Creatio Ex Nihilo.
Cukup lama
terjemahan dan arti kejadian 1:1-2 terpasung untuk mendukung doktrin creatio ex nihilo yang berfokus pada
kemahakuasaan Allah yang mampu menciptakan dunia dari tidak ada apa-apa.
1.
Kata kerja arb
Kata kerja yang sering dipakai mendukung creatio ex nihilo adalah ar"äB'......... akar kata kerja arb muncul diseluruh PL sebanyak 49 kali dengan subjek
selalu Allah. Akar kata kerja arb tidak begitu saja mendukung doktrin creatio ex nihilo, tatapi yang harus ditegaskan adalah unsur
kebauran dari tindakan Tuhan dan hanya Yang Mahakuasa saja dapat menghasilkan
kebauran itu, tindakan Allah menciptakan sangatlah unik. Berdasarkan objek arb Schmidt mendapati
banyak contoh yang dapat dikatakan demikian. Tujuan dari penonjolan unsur
kebauran dalam penciptaan adalah membangkitkan perasaan umat betapa kecilnya
mereka dihadapan Tuhan. Bila Kejadian 1 dibaca dalam perspektif kebauran
demikian, jelaslah bahwa penciptaan yang dilakukan Allah menghasilkan perubahan
yang radikal dari kekosongan menjadi berisi, tertata rapi dan siap untuk dihuni
oleh manusia. Keteraturan kosmos adalah karya Allah.
2.
Misteri massa khaos.
Bila bertanya “dari mana massa khaos berasal.” Dijawab
bukan berasal dari Allah, berarti sebelum dunia dijadikan sudah ada massa khaos
dan bersama-sama dengan Tuhan. Dualisme demikian ditolak Alkitab. Bila dijawab
dalam kerangka monoteisme, mau tak mau Allah diasalkan sebagai sumber massa
khaos. Sebuah pandangan yang juga asing bagi Alkitab. Penulis berpendapat,
jangan-jangan ini adalah sebuah misteri penciptaan yang kita serba terbatas
untuk mengetahuinya, dan sebaiknya kita tidak memaksa Kejadian 1 menjawab
pertanyaan yang bukan fokus utamanya.
3.
Evaluasi Kritis.
Sebenarnya, tidak ada yang keliru dengan doktrin creatio ex nihilo, apa lagi beberapa
ayat dalam PB jelas berbicara tentang itu (Rm 4:17, Ibr 11:3), yang menjadi
masalah adalah ketika ayat Alkitab dipakai begitu saja untuk mendukung suatu
doktrin. Konsep abstrak cratio ex nihilo ini
lebih dekat kepada alam berpikir Yunani yang kemudian masuk ke dalam PB, namun
asing dari cara berpikir orang Israel kuno dan bangsa-bangsa disekitarnya.
Doktrin creatio ex nihilo masuk dalam
teologi Kristen melalui kitab 2 Makabe yang mengartikan penciptaan dalam
Kejadian 1, seperti dalam 2 Mak 7:28. Schmidt berpendapat bahwa dasar dari
gagasan creatio ex nihilo diambil
bukan dari arb langsung, melainkan dari telalu dilebih-lebihkanya
kenyataan Tuhan sebagai penyebab segala sesuatu.
E.
Kelangsungan dunia ciptaan.
Sebenarnya penciptaan dalam Alkitab dan dalam doktrin
Kristen klasik tidak hanya berbicara tentang asal mula dunia dari tidak ada
sesuatu, tetapi pemeliharaan Tuhan. Tuhan terus berkarya, melalui proses-proses
kehidupan yang dijadikannya. Dengan begitu kelangsungan dunia ciptaannya terus
terpelihara. Manusia sampai sekarang tidak dapat dikatakan sebagai ciptaan
Tuhan, bukan diciptakan dari yang tidak ada, menjadi ada. Melainkan dari
kehidupan yang ditanamkan dalam benih-benih keturunan. Kekuasaan Allah terus
berlangsung konsekuensi dari dunia ciptaan yang baik dan diberkati adalah
keselamatan dan keadilan. Dalam konteks pemeliharaan Tuhan, Ia menempatkan
manusia pada posisi mitra. Manusia diikutsertakan dalam pemeliharaan-Nya atas
dunia dengan jalan meneruskan penciptaan dalam kapasitasnya ko-pencipta. Dengan
akal budi dan hati nuraninya, manusia dimungkinkan untuk mengembangkan dunia
ciptaan. Dalam pengantar teologi sistematika, Pannenberg membahas bahwa ajaran
penciptaan seperti relevan dalam konsep kosmologi modern. Bersikap serius
terhadap penciptaan tidak perlu dicurigai sebagai menganut teologi alam.
Kehidupan di dunia dengan segala sesuatu yang kelihatan fana memang layak
mendapat tempat istimewa dalam teologim karena biar bagaimanapun dunia ini
milik Bapa.
Literatur
Karman Yonky.,Bunga Rampai Teologi
Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Mantap Bro karyanya, lanjutkan terus jangan mundur.tks sukses selalu.Gbu
BalasHapus